Opini
Oleh Effendi Ishak pada hari Rabu, 07 Des 2016 - 14:34:15 WIB
Bagikan Berita ini :

Memprediksi Akhir Kasus Ahok dalam Tinjauan Sosiologis-Methafisis

59IMG-20151119-WA0001_1447928385692_1465262473676.jpg
Effendi Ishak (Sumber foto : Istimewa )

KEHENDAK untuk menegakkan sebuah prediksi, tentang akhir dari peristiwa penistaan Al Quran oleh Ahok, agaknya dengan pendekatan model analisis sosiologis - methafisis, adalah kombinasi antara analisis sosiologis. Juga dengan sebuah keyakinan atau iman yang dipercaya ummat beragama - terutama Islam -bahwa adanya kehadiran Tuhan dalam peristiwa khusus yang menyangkut penistaan kesucian dan kemuliaan kalam atau firman Tuhan.

Karena itu, model sosiologis - methafisis, adalah analisis fakta kecenderungan perilaku masyarakat yang terlihat atau kasat mata dengan keyakinan hadirnya Tuhan dalam rentetan alur peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam bentuk sebab akibat atau dinamika dialektika atas totalitas peristiwa dalam cara masyarakat merespons masalah penistaan Al Quran.

Analisa berbasiskan kesadaran ummat yang jumlahnya luar biasa besarnya, tapi sangat ikhlas dan cintanya dalam memperjuangkan kemuliaan Al Qur'an sebagai kalam Allah yang suci dan mulia. Maka itu akan ada hukum sunatullah yang berlaku tetapi didalamnya ada kehadiran atau intervensi Allah SWT, Tuhan pemilik kerajaan langit dan Bumi, dan Tuhan sebagai tujuan akhir dari lintasan perjalanan manusia di planet Bumi ini. Atas model pendekatan sosiologis - methafisis itu, maka kisah perjalanan kasus Ahok ini bisa diklasifikasikan atas dua skenario pokok.

Pertama: akan terjadi hukuman final pada Ahok, yang berakhir pada hukuman yang setimpal dan sama - sebangun dengan berbasis yurisprudensi dengan kasus kasus yang ada sebelumnya, atau pelaku pelaku penista Agama sebelumnya. Ini berarti menerapkan hukum positif yang ada sebagai mana yang tersedia dalam KUHP dan berlaku di Indonesia. Perlakuan yang sama, adil, transparan, terbuka, akhirnya kemudian gejolak ummat mereda lalu panggilan spritual- batiniah berbasis Iman yang ada dalam qalbu/ hati insan beriman dan bertakwa menjadi damai dan tidak bergejolak lagi. Karena kasus penistaan kitab suci ummat Islam, telah diselesaikan dengan penuh keadilan dengan hukum positif yang ada dan eksisting.

Kedua, apabila putusan hukum yang final berakhir justru sebaliknya, penuh tipu-tipu dan penuh rekayasa manusia atas nama Kekuasaan eksisting demi pembelaan kekuatan kepentingan proxy Ahok yang merasa sudah banyak memasok dan menginvestasikan dana untuk kepentingan mega bisnis dan jalan politiknya ; maka akan terjadi tsunami politik serius dan besar di basis ummat islam, terutama grassrootsnya atau bukan elite, Karena dunia elite dalam dunia politik materialistis yang pragmatis transaksional, umumnya status quo, maka mainstream ummat adalah ada di level grassroots yang jumlahnya amat besar dan mendapat simpatik ummat kelas menengah dengan jumlah yang juga besar, keduanya bersatu padu mengawal sebuah perubahan sosial, sebuah people power sejati, akibat adanya rasa ketidak adilan yang mendalam dan tidak tertahankan dalam suasana kebatinan berbasis panggilan iman - religius.

Gerakan ummat yang ikhlas dan terpanggil nuraninya untuk memuliakan Agamanya, merasa terluka melihat dan merasakan ketidakadilan dalam persepsi iman ummat, menjadi alasan hadirnya sunatullah dan intervensi Allah SWT dalam dinamika dialektika untuk merespons nurani ummat yang terluka atas adanya ketidakadilan dalam penyelesaian kasus penistaan Agama ini.

Jadi pada intinya, akan ada dua model sunatullah, dalam sosiologis - methafisis. Mari kita tunggu dan saksikan. Tapi, sungguh kita semua berharap, jika Allah berkenan, kita hanya menginginkan model pertama saja, karena ongkos sosial rendah dan damai untuk negeriku.

Dan masalah Bangsa masih begitu besar; masalah kemiskinan, keadilan ekonomi, kesenjangan ekonomI, arus Neoliberalisme ekonomi yang membuat hegemonik kapital dalam politik adalah masalah masalah serius yang dihadapi Bangsa ini untuk menghadapi masa depan, yang segera harus diatasi. Maka, masalah Ahok segera diakhiri dengan elegant, sehingga energi bangsa harus dihemat untuk digunakan dalam mengatasi problem problem bangsa yang lain yang mendesak dan strategis.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
HUT RI 79 - SOKSI
advertisement
HUT RI 79 - ADIES KADIR
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Mungkin Demokrasi Sejuk

Oleh Ahmadie Thaha (Pengaruh Pesantren Tadabbur al-Qur'an)
pada hari Selasa, 22 Okt 2024
Setelah dilantik sebagai Presiden RI ke-8, Prabowo Subianto menggaungkan konsep "demokrasi sejuk." Dalam pidato pertamanya di gedung MPR/DPR, dia menekankan bahwa demokrasi harus ...
Opini

Mau Dibawa Kemana Negeri Ini

"Mengapa ada seseorang dokter yang justru menjadi wakil menteri yang mengurusi kehutanan?" Seorang kawan bertanya begitu di suatu grup WhatsApp (WA). Setengah bercanda aku menjawab, ...