Opini
Oleh Asyari Usman (Mantan Wartawan BBC) pada hari Senin, 01 Mei 2017 - 17:57:20 WIB
Bagikan Berita ini :

Umat Islam Indonesia Tidak Seperti Umat Budha Myanmar

23IMG_20170201_194417.jpg
Asyari Usman (Mantan Wartawan BBC) (Sumber foto : Istimewa )

Banyak orang yang mencemaskan Indonesia akan menjadi negara yang didominasi oleh radikalisme dan ekstremisme. Dan, umat Islam sebagai kelompok mayoritas akan berlaku sesuka hati terhadap kelompok minoritas.

Kita semua harus mengatakan dengan lantang bahwa umat Islam di Indonesia tidak akan berbuat semena-mena. Tidak akan menindas kelompok minoritas. Apalagi sampai melakukan ethnic cleansing (pembasmian etnis) seperti yang dilakukan oleh orang Budha di Myanmar terhadap penduduk Rohingya di Provinsi Arakan. Sangat jauh dari kemungkinan.

Kita bersyukur karena umat Islam yang mayoritas di Indonesia, tidak seperti umat Budha yang berposisi mayoritas di Myanmar.

Kalau macam-macam, umat Islam Indonesia sangat mudah ditumpas. Sejarah membuktikannya. Pada 1984, di zaman LB Moerdani, umat Islam dibantai di Tanjungpriok. Di Talangsari, Lampung, malah komandan tentara beragama Islam yang membantai umat Islam dalam peristiwa tahun 1989.

Itu dulu. Hari ini, ketika semua orang sudah melek, polisi tidak segan-segan membubarkan pengajian-pengajian yang diselenggarakan secara terbuka. Umat Islam bereaksi dengan kesabaran, alhamdulillah.

Jadi, kelompok minoritas tidak perlu takut. Segenap perangkat negara Indonesia ini berada di pihak Anda, dan siap menghabisi kaum muslimin yang mencoba-coba mengusik kelompok minoritas. Di satuan-satuan keamanan tertentu dan di sejumlah daerah tertentu, komandan-komandannya banyak yang bukan muslim.

Ada puluhan ribu tentara dan polisi yang non-muslim. Banyak yang berpangkat bintang. Banyak kolonel, letkol, mayor sampai yang paling rendah. Di kepolisian, banyak kapolda, kapolres, kapolsek, dan jabatan-jabatan komando lainnya yang dipegang oleh orang non-muslim.

Jadi, mengapa kaum minoritas harus takut?

Katakalah kelompok FPI, atau semacamnya, menjadi momok kaum minoritas di Indonesia. Tetapi FPI tidak mungki berbuat seperti orang Budha di Myanmar yang membantai kaum muslimin Rohingya.

Di sini, FPI akan berhadapan dengan Banser NU, GP Ansor, Garda Bangsa PKB, Taruna Merah Putih PDIP, dan banyak ormas lainnya. Bahkan akan berhadapan dengan Brimob atau Densus 88. Sekali lagi, tidak mungkin umat Islam mencederai kelompok minoritas.

Di Myanmar, semua orang di negara itu setuju kaum muslimin dihabisi. Tentara mereka mendukung. Polisi malahan ikut membantu. Tidak ada segelintir pun orang Myanmar yang tidak suka kaum muslimin dibantai habis. Di sana, tidak ada “Banser NU”. Tidak ada “GP Ansor”. Tidak ada juga “Garda Bangsa” maupun “Taruna Merah Putih”.

Di sana, semua orang Myanmar bersatu padu untuk melenyapkan kaum muslimin Rohinngya. Semua elemen ikut, baik yang ada di pemerintahan Myanmar maupun masyarakat biasa. Para pemimpin umat Budha, para biksu, juga ikut menyukseskan pembasmian Rohingya.

Tidak ada “PDIP” dan “Bu Mega” di Myanmar untuk menghadapi kaum Budha yang membantai Rohingya.

Di Indonesia, banyak tokoh muslim yang pasang badan untuk saudara kita yang minoritas. Semua pimpinan negara, pimpinan umat Islam, pimpinan ormas, piminan orpol, tidak akan membiarkan kaum minoritas diganggu.

Mengapa kaum minoritas harus takut?

Di Myanmar, Aug San Suu Kyi saja (yang diannggap sebagai orang Budha yag sangat moderat, intelektual, pejuang hak asasi) pun senang melihat pembersihan etnis Rohingya. Suu Kyi mencoba menutup-nutupi pembantaian itu. Dia mengatakan tidak ada pembantaian terhadap umat Islam Rohingya. Padahal, PBB sudah melakukan verifikasi ethnic cleansing itu.

Di sini, di Indonesia, mana mungkin umat Islam berbuat sesuka hati. Kaum minoritas menguasai perekonomian dan keuangan. Dari penguasaan ekonomi dan keuangan ini, kaum minoritas mengkooptasi komando-komando penting perangkat keamanan negara. Kaum minoritas, dengan cara proxy, menguasai panggung politik Indonesia. Menguasai pusat-pusat kekuasaan.(*)

(Artikel ini merupakan opini pribadi penulis, tidak ada kaitannya dengan BBC)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Memperkuat Harmoni Sosial dan Stabilitas Nasional : Tantangan dan Strategi Pemerintah Prabowo Subianto

Oleh Ariady Achmad (Aktivis Senior)
pada hari Senin, 18 Nov 2024
Lima tahun ke depan akan menjadi periode yang menentukan bagi pemerintahan Prabowo Subianto. Sebagai seorang pemimpin yang dikenal tegas dan berkarisma, Prabowo dihadapkan pada harapan besar dari ...
Opini

Said Didu(ga)

Ada ironi besar di tengah gegap gempita pembangunan mega proyek nasional: di balik megahnya proyek-proyek ini, rakyat kecil terus menjerit meminta keadilan. Salah satu episodenya yang terkini adalah ...