JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Roslan P Roeslani menilai lemahnya konsumsi masyarakat masih berlanjut hingga tahun depan.Alasannya, tahun 2018 mendatang Indonesia mulai memasuki tahun politik. Banyak masyarakat termasuk investor lebih memilih menyimpan dananya hingga suasana politik dianggap kembali normal.
"Karena tahun depan mereka melihat mulai masuk tahun-tahun politik menuju 2019 kan. Jadi masyarakat lebih banyak menyimpan dana. Tapi kan itu nggak sehat kalau (terjadi) terlalu lama," kata Roslan saat usai acara pembukaan pameran 'Indonesia Infrastructure Week 2017' di JCC Senayan, Jakarta Selatan, Rabu (8/11/2017).
Roslan menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus meningkat jika orang lebih banyak yang melakukan pembelian atau membelanjakan dananya. Karena itu, dia menghimbau pemerintah bisa menciptakan suasana politik yang lebih baik.
"Pertumbuhan kita akan berjalan kalau orang spending money, gitu nah ini yang perlu dilakukan pemerintah untuk orang agar spending itu gimana," ungkap Roslan.
Demi menggenjot lagi daya beli masyarakat, Roslan juga memberikan masukan kepada pemerintah agar menghapus Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk setiap pembelanjaan masyarakat dalam kurun tertentu.
Dengan penghapusan PPN, harga barang akan lebih murah dan diyakini akan meningkatkan gairah berbelanja masyarakat.
"Dalam jangka waktu tertentu misalnya dalam waktu seminggu belanja kebutuhan sehari-hari dibebaskan PPN-nya. Itu akan menstimulus orang berbelanja. Kebijakan itu yang perlu diihat lagi. Saya yakin orang akan lebih banyak yang belanja," kata Roslan.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, tingkat konsumsi rumah tangga hingga kuartal-III 2017 tumbuh melambat di 4,93 persen. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ditargetkan mencapai 5,3 persen. (Tbn/icl)