JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Politisi PDI Perjuangan Darmadi Durianto menilai tutupnya gerai-gerai ritel di Indonesia bukan karena lemahnya daya beli masyarakat.
"Mengenai daya beli turun, belum bisa disimpulkan secara ilmiah, harus disertai riset behavioral insight yang mendalam," kata Darmadi Durianto saat diskusi bertajuk "Sejumlah Retailer Berguguran. Apakah Ini Akhir Dari Industri Ritel Konvensional' yang digelar Pas FM Jakarta, Rabu (1/11/2017).
Menurut Darmadi, pada pada triwulan ke-3 dana pihak ketiga bertumbuh 11.69%, sedangkan pertumbuhan kredit 7.86%.
"Untuk menyikapi fenomena ini harus menggunakan helicopter view agar dapat meneropongnya dari semua sisi kenapa ritel berguguran," katanya.
"Intinya adalah bagaimana melihat suatu hal dari sisi yang lebih general, seperti melihat dari atas helikopter. Konsep ini dipakai agar kita melihat sebuah permasalahan secara sistemik. Observasi dahulu suatu hal secara luas dan menyeluruh," sambung Anggota DPR-RI ini.
Mengenai perubahan perilaku konsumen, kata dia, harus melakukan pendekatan perilaku ekonomi (behavioral economy) untuk mengetahui apakah benar terjadi shifting ke experience economy atau ke leisure economy seperti banyak yang dianalisis oleh pengamat ekonomi dan bisnis.
"Perlu Kajian Imiah untuk menyebutkan bahwa terjadi pergeseran perilaku konsumen menuju ke experience economy," ujar Komite Perekonomian DPP PDI Perjuangan.
"Ada kecenderungan juga sekarang banyak yang lebih memilih menabung, karena ada muncul persepsi ketakutan bahwa kehidupan kedepannya akan lebih berat dari saat ini," ujar Bendahara Megawati Institute ini.
Dia menyebutkan, banyak penyebab tutup ritel diantaranya disebabkan, karena ada mismanagement, biaya yang telalu besar, tidak mampu membaca arah bisnis dan tidak mampu menerapkan strategi bisnis yang tepat. (icl)