JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -Hasil Survei Nasional Poltracking Indonesia menempatkan Golkar di posisi tiga disalip Partai Gerindra yang menempatkan posisi kedua.
Politisi Golkar Meutya Hafid mengatakan, hasil survei itu akan menjadi evaluasi, apakah penurunan ini terkait kasus hukum Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto dalam kasus korupsi e-KTP.
"Tapi kami tetap mencermati karena Golkar memperhatikan suara rakyat bagaimana elektabilitas kita juga jadi evaluasi," kata Meutya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (27/11/2017).
Justru, kata Meutya dengan evaluasi Golkar turun itu menjadi pegangan untuk prinsip kehati-hatian.
"Kalau kita mendorong Munaslub terlalu cepat kemudian belum siap dan terjadi perpecahan itu juga bahaya," ungkapnya.
Tapi di sisi lain, kata ia, kalau membiarkan opini publik terus, yang dimana Partai Golkar terus di-bully oleh masyarakat karena kasus hukum Ketua Umumnya, ini juga yang menjadi perhatian.
"Kita mencari timing tepat dan langkah yang harus dilakukan seperti apa," tandasnya.
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda mengungkapkan, pilihan partai politik saat ini masih didominasi PDIP sebesar 23,4 persen. Pada posisi kedua, ada Partai Gerindra 13,6 persen. Sementara, Partai Golkar ada di posisi ketiga dengan 10,9 persen.
Hal ini berbeda dengan konstelasi hasil Pemilu 2014, di mana PDIP meraih 18,95 persen suara, Partai Golkar 14,75 persen suara, dan Partai Gerindra 11,81 persen suara.
Menurut Hanta, disalipnya Golkar oleh Gerindra ini tak lepas dari kasus dugaan korupsi e-KTP yang tengah menjerat Setnov. (icl)