Opini
Oleh Zeng Wei Jian pada hari Rabu, 27 Des 2017 - 22:43:20 WIB
Bagikan Berita ini :

Metode, Stratak, Kalkulasi

48IMG_20171210_111149.jpg
Zeng Wei Jian (Sumber foto : Istimewa )

The Looser dan media terompet memproduksi fantasi Anies-Sandi menang karena main SARA. Seperti orang kesurupan, mereka fitnah Anies-Sandi dagang ayat dan mayat.

Giliran ditanya mana buktinya, mereka bingung. Mereka kaitkan Pilkada dengan Aksi Bela Islam. "Yang berjilid-jilid," kata mereka.

Faktanya, Aksi Bela Islam ditriger kasus penodaan agama di Pulau Seribu. Pelakunya; Mr. Ahok. It has nothing to do with Pilkada. Amar putusan Majelis Hakim di kasus Ahok (terbukti melanggar Pasal 156A) memperkuat penyataan saya.

Seandainya BaDjrot yang menang, tentu saja tuduhan Politik SARA di Pilkada Jakarta nggak akan ada. Kompas tidak akan nulis "terbukti bahwa isu SARA diproduksi dan direproduksi secara terencana dan masif". Gubrakkk...!!!

Selain menurunkan badai sembako, Timses BaDjrot paling sering main SARA. Mulai password "kafir", penodaan Surah Al Maidah 51, politisasi umrohkan marbot, sampai bikin video rasis durasi pendek mendeskreditkan Umat Islam di Kerusuhan Mei 98. Bahkan bangun masjid di Daan Mogot dijadikan bahan dagangan kampanye.

Tanggal 1-9 Oktober 2016, Saiful Mujani Research Center (SMRC) melakukan survei. Hasilnya Ahok-Djarot didukung oleh 95,7 pemilih beragama Kristen dan Katolik.

Di Pilpres tahun 2012, Barrack Obama didukung oleh 93% black America. Nggak ada yang bilang komunitas Afro Amerika sebagai golongan rasis. Padahal dukungan mereka terhadap Obama lebih disebabkan warna kulit.

Sedangkan komposisi penduduk muslim di Jakarta sekitar 85%. BaDjrot sukses mengumpulkan angka 42,04% suara. Tetap kalah dua digit. Merujuk pada data SMRC, artinya ada 27% muslim coblos Ahok-Jarot.

Oh ya, pas putaran kedua, tiba-tiba aja ada Warteg Haji Jarot. Padahal sebelumnya, Wagub Jarot ngga pernah tonjolkan dirinya "haji".

Memasuki putaran kedua itu pula, ada letupan gerakan "Jangan Sholatin mayat Ahoker" di beberapa titik.

Anies-Sandi melawan spontanitas seruan itu. Mereka nyatakan akan menyolatkan mayat Ahoker. Gerakan ini langsung lenyap.

Sumber muasal gerakan spontan itu adalah rasa kesal para suami. Oknum Timses BaDjrot ada yang menakut-nakuti para istri di putaran pertama pilkada. Mereka bilang KJP bakal hilang bila Ahok-Jarot kalah. Diterangin baik-baik, para ibu tetep ngeyel. Saking takutnya. Padahal KJP adalah program Pemprov. Bukan pake duit Ahok-Jarot. Nggak mungkin hilang sekali pun ganti gubernur.

Jadi, para suami marah. Mereka ancam balik. Ancamannya: tolak menyolatkan mayat Ahoker. Ancaman dibalas ancaman.

"Gertakan" tolak sholatkan mayat Ahoker benar-benar berhenti setelah Tim Relawan ASA kampanye KJP Plus. Itu bisa bikin hati emak-emak damai.

Dari berbagai kasus di atas, justru BaDjrot adalah pihak yang memainkan kartu SARA.

Ahok-Jarot kalah di pilkada bukan karena serangan Politik SARA. Mereka kalah karena salah kalkulasi, keliru stratak dan blunder di metodologi kampanye.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
IDUL FITRI 2025 AHMAD NAJIB Q
advertisement
DOMPET DHUAFA RAMADHAN PALESTIN
advertisement
IDUL FITRI 2025 WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2025 HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2025 HERMAN KHAERON
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ijazah, Integritas, dan Ujian Kultural UGM

Oleh Afnan Malay
pada hari Rabu, 16 Apr 2025
TEROPONGSENAYAN.COM - Bukan kebetulan jika masyarakat Indonesia menaruh harapan begitu besar pada Universitas Gadjah Mada (UGM). Dalam sejarahnya, UGM tidak sekadar institusi pendidikan tinggi. Ia ...
Opini

Mengenal Muhammad Arif Nuryanta, Hakim Terpeleset Suap 60 Miliar

Banyak sudah saya kenalkan koruptor elite di negeri ini. Saya pikir sudah tidak ada lagi. Eh, masih ada nongol. Namanya sangat keren berbau religius, Muhammad Arif Nuryanta. Sambil menunggu makan ...