JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Tokoh Muhammadiyah Prof.Dr.M.Din Syamsuddin menegaskan, warga Muhammadiyah tidak boleh bersikap netral pada Pilpres, 17 April mendatang. Bukan hanya itu, Din juga mengingatkan seluruh anggota Muhammadiyah untuk tidak Golput.
"Karena harus memilih dan tentu ada Paslon yg dipilih, maka tidak ada sikap netral. Sikap netral mencerminkan keragu-raguan, ketakpastian, dan illiterasi politik, yang akan membawa kerugian," ujar Din seperti dikutip dari keterangan tertulis yang diterima TeropongSenayan, di Jakarta, Selasa (18/3/2019).
Din menyampaikan pernyataan tersebut guna merespons banyaknya pertanyaan dari warga Muhammadiyah dari berbagai daerah. Seiring semakin dekatnya Hari H Pilpres, Din memutuskan untuk menyampaikan pernyataan sekaligus menjawab pertanyaan keluarga besar Muhammadiyah.
Berikut keterangan lengkap Din Syamsuddin:
Bismillahirrahmanirrahim
1. Pilpres sebagai sarana memilih pemimpin adalah tanggung jawab kebangsaan dan keagamaan sekaligus. Warga Muhammadiyah tidak baik tidak memilih (Golput) karena itu mencerminkan sikap tidak bertanggung jawab.
2. Karena harus memilih dan tentu ada Paslon yg dipilih, maka tidak ada sikap netral. Sikap netral mencerminkan keragu-raguan, ketakpastian, dan illiterasi politik, yang akan membawa kerugian.
3. Bahwa Organisasi Muhammadiyah tidak menentukan pilihan sudah seyogyanya demikian, tapi Warga Muhammadiyah harus mempunyai pilihan. Pilihan tersebut boleh dinyatakan atau tidak dinyatakan.
4. Kelompok warga Muhammadiyah yang mendeklarasikan dukungan politik kepada Paslon tertentu sebaiknya tidak membawa nama, lambang, atau hal yang dapat dipahami sebagi ciri khas Muhammadiyah.
5. Sebaiknya mereka yang melakukan hal di atas tidak dengan sikap fanatik, ekstrim, dan euforia (menjadi fanatikus buta atau zealot), apalagi jika mereka hanyalah petugas partai atau pekerja politik belaka. Terlalu mahal harga yang harus dibayar jika perilaku demikian membawa perpecahan dalam Muhammadiyah.
6. Gunakan hak pilih secara cerdas dan bertanggung jawab, dengan pendekatan ruhiyah yaitu bertanya kepada hati nurani (istafti qalbak) dan pendekatan "aqliyah" yakni mengedepankan akal pikiran (afala tatafakkarun).
7. Dalam memilih camkan Hadits Nabi (Man lam yahtamma bi umuril Muslimin falaisa minhum = Barang siapa yang tidak memperdulikan urusan kaum Muslimin adalah bukan dari mereka/kaum Muslimin). Maka pilihlah Paslon yang diyakini secara sejati (bukan basa basi, dan bukan karena motif politik sesaat jelang Pilpres) memperhatikan, memedulikan, dan membela kepentingan/aspirasi umat Islam (tentu tanpa merugikan kepentingan umat agama lain).
8. Saya pribadi tidak netral dan memilih dengan haqqul yaqin yang saya nilai perduli dan dapat membela aspirasi Muhammadiyah dan warga Muhammadiyah secara sungguh-sungguh dan berkeadilan dalam kerangka kebersamaan seluruh rakyat Indonesia. Pilihan itu tidak perlu saya ungkapkan karena saya tahu pasti warga Muhammadiyah cerdas sehingga Takfy lil "aqil al-isyarah", cukuplah bagi orang cerdas itu isyarat.
Nashrun minallah wa fathun qarib.(plt)