Opini
Oleh M Rizal Fadillah (Mantan Aktivis IMM) pada hari Sabtu, 04 Mei 2019 - 10:24:50 WIB
Bagikan Berita ini :

"KPU AIRLINES" Jatuh

tscom_news_photo_1556940290.jpg
Ilustrasi (Sumber foto : Ist)

Korban Pemilu meninggal sudah 474 orang. Angka yang melebihi kapasitas Boeing 747. Kita membayangkan jika ada pesawat sekelas itu jatuh dan menewaskan seluruh penumpangnya. Dunia tak akan luput memberitakan. Seluruh dunia akan menunjukkan keprihatinannya. Kepala-kepala Negara mengucapkan duka cita. 400 an nyawa hilang karena kecelakaan. Mengerikan. Tim penyelidik kecelakaan akan bekerja secermat mungkin mencari penyebab dari insiden tersebut.

Kini dengan angka 474, dan ini angka masih terus bertambah, KPU kelihatan tenang saja dengan sebab yang sepertinya sudah dipastikan yaitu "kelelahan". Sibuknya soal santunan. Tak ada niat dan langkah untuk menyelidiki penyebab akuratnya. Masyarakat mulai curiga ada apa dibalik kematian yang banyak ini. Malah ada ketua KPPS yang bunuh diri segala. Apakah karena Pemilu serentak maka dianggap wajar ada kematian petugas secara serentak pula ?

Sementara Pemerintah juga "adem-adem" saja menyikapi. Tak jelas langkah yang dilakukan. Cukup dengan keyakinan ini "mushibah". Sama konklusinya "kelelahan". Padahal MER-C menyatakan kelelahan jarang menyebabkan kematian, Relawan Padi Medika yang bergerak di bidang kesehatan memrotes Bawaslu atas kematian lebih dari 300 Petugas Pemilu. Dosen FK UISU Dr. Umar Zein memastikan kematian ratusan petugas pemilu itu bukan karena kelelahan. Semestinya Kemendagri atau Kemenkes atau Polri melakukan penelitian "kasus kematian Pemilu" ini. Beberapa tokoh sudah menyebut kasus ini sebagai "Bencana Nasional". Anehnya Presiden masih "bungkam" juga.

"KPU Airlines Jatuh" mungkin dramatisasi yang perlu, agar semua pihak khususnya KPU memiliki kepedulian tinggi atas kasus "istimewa" ini. Langkahnya, KPU dan Bawaslu baik sendiri sendiri ataupun bersama membentuk Tim Investigasi internal. Selidiki dalam batas kompetensinya. Sementara Kepolisian menyelidiki pula kasus ini dan bila ditemukan dugaan adanya perbuatan pidana baik "dolus" atau "culpa", maka segera cari penanggungjawabnya. Sementara Pemerintah mengumumkan telah terjadi bencana dalam Pemilu 2019. Mendorong pihak-pihak berkompeten untuk melakukan penelitian mendalam. Nyawa manusia tak boleh disederhanakan. Harus diketahui penyebab sebenarnya. Siapa tahu telah terjadi sabotase atau kejahatan politik tertentu.

Pesawat KPU Airlines memang sekarang sedang tidak bagus perjalanannya. Banyak guncangan. Turbulensi yang sebenarnya tak perlu. Pilot juga mesti dicek, jangan seperti kasus Pilot salah satu Airlines yang mengkonsumsi Narkoba. Pilot yang goyang. Apalagi salah-salah menghitung koordinat sehingga Pesawat menjadi salah arah seharusnya "landing" di Bandara Soeta malah dibawa ke Beijing. OBOR Airport Internasional.
Pilot "teler" yang tak bisa atau salah menghitung berbahaya sekali.

Waspada, satu pesawat KPU Airlines telah jatuh dan penumpang 400 lebih semuanya meninggal. Sementara pesawat lain kondisinya sangat mengkhawatirkan juga. Perusahaan KPU Airlines harus berbenah dan jujur akan kelemahannya. Jangan banyak menutup-nutupi kebobrokan atau berbohong. Pelanggan tak percaya lagi dan dipastikan perusahaan KPU Airlines akan bangkrut. Selanjutnya tinggal menghadapi tuntutan publik. Pimpinan yang tidak jujur dan "qualified" akan melangkah menuju ruang penjara.
Kelak hanya ditemani oleh kardus-kardus kotak suara. Berisi kecoa-kecoa.

Bandung, 4 Mei 2019 (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #pilpres-2019  #kpu  #pemilu-2019  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
IDUL FITRI 2025 AHMAD NAJIB Q
advertisement
DOMPET DHUAFA RAMADHAN PALESTIN
advertisement
IDUL FITRI 2025 WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2025 HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2025 HERMAN KHAERON
advertisement
Opini Lainnya
Opini

GADUH IJAZAH PALSU JOKOWI, KENAPA MEGAWATI TERUS BUNGKAM?

Oleh Edy Mulyadi, Wartawan Senior
pada hari Selasa, 22 Apr 2025
Jakarta, 22 April 2025, TEROPONGSENAYAN.COM - Kasus ijazah Jokowi kembali bikin gaduh. Ramai di ruang sidang. Meledak di media sosial. Jadi bahan omongan di mana-mana. Publik terus bertanya: Asli ...
Opini

Hatta dan Danantara

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Suatu hari di bulan November 1945. Bung Hatta berbincang dengan Bung Karno. Tentang sumber pembiayaan pembangunan Indonesia. Termasuk bagaimana menggerakkan perekonomian ...