Opini
Oleh Soemantri Hassan, PemerhatiĀ  Kebijakan Publik pada hari Rabu, 07 Agu 2019 - 10:47:58 WIB
Bagikan Berita ini :
Menjawab Abah Dahlan Iskan

Sengon I Triliun Itu Sengon Songong

tscom_news_photo_1565149678.jpeg
Dahlan Iskan (Sumber foto : Istimewa)

Sengon seharga satu triliun? Ahh muke gilee yang benar saja. Tapi boleh jadi benar istilahnya dalam bisnis ada yang namanya, mentalprice kalau menurut kawan saya mantan pelaku Sengon, Alhadi Muhammad.

Dalam tulisan si Abah menceritakan...

"Pohon sengonnya ada di Desa Malon.Nun jauh di Gunung Pati, 28 km selatan Semarang. Mati listriknya sampai Jakarta".

"Maka pohon sengon itu perlu diabadikan fotonya. Untuk dipasang di seluruh kantor PLN. Sebagai monumen. Yang harus dibaca turun-temurun. Dari satu generasi ke generasi berikutnya".

Gundala Putra Petir Gak Paham Hedging

Mentalprice itu dalam bahasa awam songong yang legal. Jadi kita sepakati saja Sengon satu triliun itu jenis Sengon Songong. Songong menurut bahasa ibu Mpok Nur terminologinya biar bego asal sok.

Komoditas seperti Sengon dalam hal harga perlu adanya lindung nilai atau bahasa soknya di Hedge. Tapi hedging perlu pengetahuan yang cukup ekonomi mikro dan manajerial.

Siapa yang bertugas meng-hedge harga-harga komoditas? yang pasti bukan tugas sang Gundala Putra Petir.

Soal harga termasuk harga Sengon si abah perlu paham. Bahwa komoditas sengon dan sebangsanya perlu dihargai setinggi langit satu bilyun bila perlu di atas satu triliun agar petani, pengrajin kayu sebangsanya makmur sentosa.

Mengapa sengon satu triliun kita heboh? Mungkin karena tidak paham apa dan bagaimana mental price dalam bisnis. Dalam bisnis memang tidak ada urusan dengan soal soal kemanusiaan yang adil dan beradab.

Doing business sahsah sah aja menghargai sebuah komoditas. Toh ada satu tas dengan harga puluhan juta seperti dikenakan putri presiden misalnya. Mungkin maksud Abah bukan harga sengon yang satu triliun. Tapi bagaimana mungkin ada sengon satu triliun? Siapa yang berbisnis macam itu? Terpenting adakah manfaatnya buat petani sengon dan pengrajin kayu.

Soal harga dan mentalitas memang ada hubungan dan perlu pengetahuan khusus. Kita perlu pengetahuan itu. Bagaimana menghedging harga harga komoditas seperti misalnya komoditas avtur kita nul. Apalagi menghedging komoditas bahan pokok pun kita masih nyungsep.

Hanya pengetahuan yang membedakan si sok yang songong dengan si fulan yang sahaja. Abah Dahlan Iskan terlalu bersahaja untuk mengatakan mukee gilee lo. (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #pln  #dahlan-iskan  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Digitalisasi Salah Satu Kunci Genjot Pertumbuhan Ekonomi

Oleh Uchok Sky Khadafi Aktivis 98, Direktur Eksekutif Center for Budget Analisys (CBA)
pada hari Selasa, 05 Nov 2024
Kondisi ekonomi global dalam beberapa tahun belakangan ini dihadapkan pada ketidakpastian. Selain dipicu perang Rusia-Ukraina, ketidakpastian ekonomi global juga terjadi imbas perang dagang antara ...
Opini

Blockchain Untuk Koperasi Indonesia

Sejak kemerdekaan, koperasi di Indonesia berkembang sebagai simbol ekonomi rakyat yang berbasis gotong royong, berperan penting dalam upaya mewujudkan kedaulatan ekonomi. Pada masa awal, koperasi ...