Ini bukan tentang Teletubis. Meski soal berpelukan atau berangkulan. Namun tentang rangkulan sejumlah tokoh politik yang agaknya menjadi pelukan politik. Yang membuat ganjil, seharusnya pelukan membuat suasana adem dan damai. Tapi pelukan kali ini malah membuat langit politik menghangat. Lho kok?
Barangkali karena berpelukan yang tertukar. Yang berpelukan awalnya adalah dua tokoh yang berbeda posisi. Yang satu di koalisi pemenang Pilpres. Satunya lagi berada di koalisi yang kalah Pilpres. Namun pelukannya begitu erat, begitu mesra sehingga membuat kecemburuan. Suhu politikpun menghangat.
Posisi Nasdem dan PKS berseberangan saat Pilpres. Namun, menjelang pembentukan Kabinet, Surya Paloh dan Shohibul Iman berpelukan erat. Bahkan bisa jadi saat itulah untuk yang pertama kali Surya Paloh yang merupakan tokoh dan politisi senior rela mengunjungi Shohibul Iman di kantor DPP PKS di kawasan Pasar Minggu, Jakarta.
Tentu bukan hal yang tiba-tiba. Sebab, sebelumnya ada peristiwa di stasiun MRT Lebak Bulus hingga politik nasi goreng di Teuku Umar yang melibatkan Jokowi, Prabowo dan Megawati. Prabowo yang menjadi lawan Jokowi saat Pilpres, berbalik arah bukan saja membangun kehangatan, bahkan akhirnya menjadi sekutu dalam pemerintahan.
Entah serius atau bercanda, Jokowi mengaku cemburu atas pelukan Surya Paloh dengan Shohibul Iman. Akankah Surya Paloh juga cemburu melihat kemesraan Jokowi-Prabowo-Mega? Entahlah. Orang awam hanya melihat, bahwa pelukan politik acap kali tak ubahnya sebuah sandiwara. Sandiwara politik yang masih akan berlanjut dalam episode-episode berikutnya.(*)