Apakah Presiden Jokowi marah kepada MPR? Mungkin hanya Jokowi sendiri yang tahu.
Agak tidak mudah menebak tindakan dan pesan simbolis Jokowi. Termasuk saat kemarin mengatakan "ada orang yang menjerumuskan saya" menanggapi maraknya isu perpanjangan masa jabatan Presiden.
Saat Presiden Jokowi mengatakan hal tersebut intonasinya tergolong datar. Nyaris tidak ada penekanan atau biasa-biasa saja. Bahkan tak kelihatan marah.
Namun, sebagai orang Jawa, substansi yang diucapkan Jokowi bisa dimaknai sebagai kekecewaan, ketidaksukaan. Bahkan bukan tidak mungkin sebuah pesan kemarahan.
Dalam budaya dan kebiasaan budaya Jawa, marah tidak selalu bersuara keras, membentak atau menggebrak meja. Bahkan diam atau mendiamkan diri bisa sebagai ekspresi kemarahan.
Sebenarnya, kebiasaan Presiden Jokowi sebagai orang Jawa, bukan tidak dimengerti oleh kalangan tokoh ataupun elit politik. Dalam jagat "sosialita politik" banyak yang paham akan karakter Presiden Jokowi.
Sebagaimana pernah diungkapkan seorang pimpinan lembaga tinggi negara, Presiden Jokowi dinilai piawai melakukan komunikasi politik. Bahkan Jokowi dikatakan "bisa menyubit lawan dengan tetap tersenyum."
Nah, jika ungkapan Presiden Jokowi diatas dimaknai sebuah kemarahan mengapa tertuju ke MPR? Mungkin agak lebih mudah menebaknya. Karena urusan masa jabatan Presiden ada "ditangan" MPR.
Publik juga bisa menelusuri jejak digital asal-usul isu ini berkembang. Meski tidak gampang menebak ujung atau "goal" dilemparkannya isu ini, mungkin bisa diraba bahwa yang sedang belanja isu tersebut barangkali tengah melakukan investasi politik.
Kita menjadi paham dalam situasi langit politik saat ini, "belanja isu" dan "investasi politik" menjadi salah satu pilihan modal karir politik. Dan dalam politik itu sah adanya.
Hanya saja sebagai orang awam, kita berharap mbokyao (alangkah eloknya) jurus, silat maupun ambisi politik tetap dilakukan dengan penuh kematangan dan kebijakan bagi kemanfaatan masyarakat, bangsa dan negara. Widihhh. Sulit yak.(*)