Opini
Oleh Oleh: Emrus Sihombing (Pakar komunikasi politik Universitas Pelita Harapan) pada hari Jumat, 29 Mei 2015 - 07:55:17 WIB
Bagikan Berita ini :

Bila Jokowi Menyebar Kartu Sendiri, Apa yang Terjadi?

23Jokowi.jpg
Jokowi (Sumber foto : Istimewa)

Presiden Jokowi masih turun ke kampung-kampung untuk membagikan sendiri Kartu Sakti (Kartu Indonesis Pintar/KIP, Kartu Indonesia Sehat/KIS, dan Kartai Keluarga Sejahtera/KSSI) kepada rakyat.

Menurut saya, apa yang dilakukan Jokowi membagi-bagikan kartu tersebut secara langsung kepada masyarakat adalah baik. Namun jauh lebih baik bila mana hal itu dilakukan sekali atau dua kali saja kepada masyarakat, tidak dilakukan pada setiap kali kunjungannya.

Jika dilakukan berkali-kali, apalagi kartu itu dibagikan pada setiap kali kunjungan kepada masyarakat, pembagian kartu itu terkesan untuk pencitraan. Ini kurang baik. Oleh karena itu, Presiden Jokowi sebaiknya mempercayakan dan meyerahkan pemberian dan pembagian kartu tersebut kepada kepala daerah. Pemimpin yang baik, adalah pemimpin yang mampu menciptakan kondisi agar bawahan dapat bekerja produktif dan semakin dipercaya.

Paling tidak ada tiga benafit yang diperoleh bila kelanjutan penyerahan itu dipercayakan oleh Presiden Jokowi kepada kepala daerah.

Pertama,dapat mengurangi beban tugas Jokowi, sehingga waktu, tenaga dan pikiran Jokowi dapat dicurahkan untuk merencanakan program percepatan kesejahtetaan rakyat yang lainnya.

Kedua,sebagai pemimpin yang baik, Jokowi harus memberikan kepecayaan kepada kepala daerah untuk meneruskan pelaksanaan programnya, termasuk pembagian kartu kepada masyarakat di setiap daerah.

Ketiga, pendelegasian tugas dan wewenang dengan baik kepada bawahan menunjukkan bahwa Jokowi adalah seorang leadership yang baik. Selanjutnya Jokowi melakukan pengawasan melalui para pembantunya.

Sesekali saja Jokowi melakukan blusukuan untuk meyakinkan bahwa pelaksanaan di lapangan berjalan baik atau tidak.

Saya pikir dalam masa jabatan 4,5 tahun ke depan, Jokowi sudah harus mengubah pola kepemimpinannya dari pola teknis (blusukan) menjadi pola pemimpin yang konseptual dan strategis.

Dengan demikian Jokowi dapat menggunakan waktu, tenaga dan pikirannya lebih efisien serta efektif untuk mewujudkan janji politiknya yaitu Trisakti dan NawaCita yag belum terwujud, misalnya Nawacita di bidang hukum. (iy)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #Jokowi  #kartu sehat  #kis  #kip  #kssi  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah perlu Jalan Tengah

Oleh Ajib Hamdani (Analis Kebijakan Ekonomi Apindo)
pada hari Rabu, 22 Jan 2025
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Memasuki Bulan Januari  2025, kondisi ekonomi nasional dihadapkan dengan tantangan berupa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Pergerakan nilai tukar hampir ...
Opini

Debt Switch Surat Utang Negara Melanggar Undang-Undang, Diancam Pidana Penjara 20 Tahun

Sepuluh tahun terakhir, kondisi keuangan negara semakin tidak sehat. Utang pemerintah membengkak dari Rp2.600 triliun (2014) menjadi Rp8.700 triliun lebih pada akhir 2024.  Yang lebih ...