JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Ketua Dewan Pakar Indonesia Maju Institut (IMI), HM Lukman Edymengatakan, penerapan New Normal dalam menghadapi pandemi Covid-19 dapat dijadikan momentum membangun konsep 5.0, terutama untuk iklim infrastruktur di Indonesia.
Society5.0 menawarkan masyarakat yang berpusat pada manusia yang membuat seimbang antara kemajuan ekonomi dengan penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang sangat menghubungkan melalui dunia maya dan dunia nyata.
“Karena infrastruktur lah yang paling memungkinkan untuk memadukan SDM dengan teknologi 4.0," kata Lukman Edy dalam pesan singkatnya, Jumat (5/6/2020).
Menurut Lukman Edy, pemanfaatan teknologi informasi pada bidang infrastruktur di era New Normal ini seharusnya tidak hanya dalam kegiatan internal perkantoran, tetapi juga dalam pengelolaan pekerjaan infrastruktur.
Ia mencontohkan seperti halnya digitalisasi pengelolaan jalan tol dengan cara memanfaatkan teknologi digital yang diberlakukan di seluruh cabang tol dengan meminimalisir pertemuan tatap muka dan mengubahnya kedalam pertemuan online, absensi secara online dengan menggunakan aplikasi, tanda tangan dokumen secara digital.
"Menghentikan sementara sistem top-up tunai, hingga pengembangan layanan self-update check balance saldo uang elektronik di gerbang tol dan fasilitas layanan top-up mobile di seluruh cabang tol," ucapnya.
Selanjutnya, lanjut ia, proses lelang pengadaan barang dan jasa untuk proyek-proyek infrastruktur sudah seharusnya 100% dilakukan dengan cara E-Procurement. Mengapa harus e-procurement 100%? agar dengan demikian menghindari aktifitas berkumpulnya orang di satu kawasan yang kemungkinan susah menjaga physical distancing, sekaligus juga menasionalkan gerakan e-procurement yang telah dicanangkan sebelumnya oleh presiden.
“Dengan cara ini, diharapkan akan mempercepat proses pengadaan barang dan jasa, efektif dan efisien dalam mempercepat rencana kerja infrastruktur nasional," harapnya.
Berikutnya, proses administrasi paperless. Sejalan dengan berjalannya e-procurement 100%, maka untuk menopang Efektifitas proses ini, administrasi proyek juga sudah mulai dilakukan secara online dan paperless.
Penyelesaian administrasi secara online bukan hanya efisiensi pembiayaan, namun juga meminimalisasi perjumpaan orang secara fisik sementara perjumpaan orang secara fisik akan menyusahkan manakala petugas yang bersangkutan pas memperoleh giliran hari work from home.
"Administrasi paperless ini meliputi, surat menyurat, dokumen kontrak, pembayaran pajak, pelaporan-pelaporan, administrasi termin, sampai dengan laporan akhir. Pada sisi yang lain, paperless juga turut serta peduli pada kelestarian alam," kata Edy.
Terobosan berikutnya di dunia konstruksi adalah pelibatan tenaga kerja tidak langsung, melainkan melalui pengembangan precest yang diproduksi oleh UMKM binaan BUMN kekaryaan maupun kementrian PUPR.
“Jadi kita dorong BUMN kekaryaan dan kementrian PUPR ini mendesain produk-produk precest yang mampu diproduksi oleh UMKM seperti mur-baut, produk furnitur pendukung, pagar jalan tol, rambu2, serta industri pendukung konstruksi lainnya serta melakukan binaan terhadap Industri Kecil/ Industri rumah tangga (IK/IRT) dan UMKM tersebut," ujar mantan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal ini.
Secara umum, kata Edy, dunia konstruksi perlu melakukan re enginering terhadap manajemen konstruksi seperti selama ini. Ia harus menyesuaikan dan mentransformasikan diri dengan kondisi New Normal.
"Dukungan teknologi 4.0 mutlak diperlukan untuk misi penyelesaian pekerjaan secara efektif, effisien dan tepat waktu dan mencapai hasil yang maksimal.
Dengan begitu, kita benar-benar akan masuk di era society 5.0 dengan memanfaatkan momentum New Normal ini," pungkasnya.