Berita
Oleh Rihad pada hari Selasa, 21 Jul 2020 - 07:33:50 WIB
Bagikan Berita ini :

Mensos Ingin Peredaran Rokok Dibatasi, Petani Tembakau Lebih Baik Ganti Tanaman

tscom_news_photo_1595291630.jpg
Mensos Juliari Batubara (Sumber foto : Ist)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Menteri Sosial Juliari Batubara mengusulkan agar peredaran rokok dibatasi. Juliari menambahkan, perokok anak masih menjadi masalah di Indonesia. Anak-anak di Indonesia beranggapan orang merokok menunjukkan pertanda telah dewasa. "Anak-anak ini simpel, mereka ingin terlihat tua, terlihat cool, keren, jadinya merokok. Selain itu, meskipun saya bagian pemerintah, akses terhadap rokok ini harus dibatasi. Bahkan di Indonesia menjual rokok secara ketengan (satuan) masih bisa," kata Juliari dalam sebuah diskusi Senin (20/7/2020).

Dia mengusulkan harga jual rokok Rp100 ribu per bungkus. Menurutnya, itu untuk mencegah anak-anak membeli rokok. Selain itu juga bisa menjadi tambahan pemasukan bagi pemerintah dari cukai.

"Kalau bisa rokok harganya mahal. Satu bungkus minimal 100 ribu. Negara juga dapat cukai lumayan," ujar Juliari dalam Webinar Hari Anak Nasional 2020.

Juliari mengatakan, seharusnya proses pembelian rokok dipersulit. Salah satunya dengan menaikan harga per bungkus rokok. Tujuannya, agar tidak mudah diakses oleh anak-anak.

Disadarinya, usulan itu bisa berdampak pemerintah mendapat protes dari para petani tembakau yang menanam bahan utama pembuatan rokok.

Namun demikian, lanjut Juliari, harus diketahui bahwa kebanyakan produksi rokok di Indonesia saat ini banyak yang menggunakan tembakau impor.

Karenanya, dia menyarankan petani tembakau sebaiknya berganti jenis tanaman. "Jadi harus mendesak pemerintah supaya harga rokok dan cukai dinaikan. Ini bukan untuk meningkatkan APBN saja, itu jangka pendek. Jangka panjangnya anak kita terlindungi dari rokok," katanya.

Selain berbahaya bagi kesehatan secara fisik, Juliari menyampaikan rokok bisa menjadi pintu gerbang anak mengenal narkoba.

Jika telah terjerumus pada narkoba maka yang dikhawatirkan masa depan anak jadi terancam.

"Harus diingat pengenalan narkoba dari rokok. Lama-lama nyobain ganja lalu sabu-sabu. Begitu masuk ke narkoba ya sudah habis. Mau rehab seperti apa pun, kalau sudah narkoba sejak dini itu sudah sulit," kata Juliari.

tag: #mensos  #pabrik-rokok  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement