JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Upaya untuk mendamaikan kedua kubu dalam Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tampaknya masih butuh waktu panjang. Sebab, baik kubu Djan Faridz yang terpilih salam Muktamar Jakarta maupun Romahurmuziy yang terpilih pada Muktamar Surabaya masih mengklaim sebagai kubu yang legal. Sebaliknya mereka menuduh pihak lain sebagai kubu yang tidak sah.
Pengamat politik dari LIPI Syamsuddin Haris menyayangkan sikap elit-elit PPP tersebut. Menurut Haris,sebagai elit partai Islam mestinya Djan Faridz dan Romahurmuziy bisa memberi contoh dalam menyelesaikan perbedaan dan konflik di partai. Sebab Islam yang menjadi label PPP kaya dengan nilai-nilai akhlak yang harus diamalkan dalam kehidupan nyata.
"Saya kira Islam juga mengajarkan kita bagaimana menyelesaikan perbedaan secara legal. Kalau mereka tak bisa menyelesaikan konflik, bukan salah Islamnya," ujar Syamsuddin kepada TeropongSenayan di Jakarta, Selasa (2/6/2015).
Syamsuddin mengatakan, PPP dan PKS adalah dua partai Islam yang masih tersisa dan merupakan aset bangsa. Oleh karena itu, lanjut Syamsuddin, mestinya para politisi yang aktif di dalamnya harus dapat menjaga nama baik Islam.
"Akhlak politisi partai Islam harus beda dengan partai-partai sekuler," tegas Syamsuddin.
Syamsuddin mengakui bahwa bersikap bijak dan mau mengalah bukanlah hal mudah. Namun, mestinya para aktivis politik Islam tidak egois pada kepentingan individu atau kelompok tertentu. (iy)