JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Pakar hukum tata negara Refly Harun, turut menanggapi mengenai pernyataan Menteri Agama Fachrul Razi soal radikalisme dan good looking bernuansa politik.
Refly mengatakan kalau pernyataan Menteri Agama yang membahas radikalisme tersebut tidak produktif dan hanya membuang-buang waktu.
"Pernyataan Menag soal goodlooking, radikalisme dan hafiz, itu tidak produktif. It"s all about politik, soal persaingan, soal kekuasaan," kata Refly ketika dikonfirmasi, Selasa (08/09/2020).
Refly yang merupakan salah satu deklarator Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), menuturkan ada hal yang jauh lebih berbahaya daripada radikalisme adalah persoalan korupsi.
"Kenapa radikalisme yang selalu dijual? Seolah-olah radikalisme jauh lebih berbahaya daripada korupsi," tuturnya.
Lantas Refly menyinggung kalau ratusan kasus korupsi ditangani oleh Kejaksaan Agung, Kepolisian dan KPK dengan kerugian negara mencapai Rp8,4 triliun.
Dalam kaitannya dengan kritikan, lanjut Refly, pemerintah seharusnya tidak boleh menganggap kritikan sebagai bentuk radikalisme.
"Saya bisa saja dianggap radikal karena selalu mengkritik pemerintah, padahal bukan pemerintahannya yang dikritik tapi perilaku buruknya," bebernya.
Pakar Hukum Tata Negara kelahiran Palembang ini pun menegaskan bahwa posisi Gatot sebagai seorang panglima TNI membuatnya aman melontarkan pernyataan keras.
"Tapi kalau rakyat biasa cepat sekali diciduk," tegasnya.
Menurutnya, Refly saat ini kekayaan bangsa dikeruk habis-habisan oleh segelintir orang hingga kekayaan perampok itu tidak akan habis sampai anak cucunya.
Refly juga menilai bila melihat kondisi masa depan bangsa dan negara saat ini ia menganggap bisa saja tenggelam ke dalam keterpurukan.
"Tahun-tahun ke depan dengan kepemimpinan sekarang ini apakah negara akan bertambah baik atau bertambah buruk dan mengarah pada tenggelamnya kapal republik ini?" tutupnya.