Oleh Achmad Faridz Ramadhan pada hari Kamis, 21 Agu 2025 - 20:02:18 WIB
Bagikan Berita ini :

Bahlil Lahadalia: Golkar, Generasi Muda, dan Taruhan Masa Depan Politik

tscom_news_photo_1755781315.jpg
Bahlil Lahadalia & Arief Rosyid (Sumber foto : Istimewa)

TEROPONGSENAYAN.COM - Jakarta, Di antara hiruk-pikuk dinamika politik nasional, satu nama belakangan mencuri perhatian: Bahlil Lahadalia. Ia bukan sekadar Menteri Investasi yang dikenal piawai melobi investor lintas negara, tetapi kini juga menduduki posisi penting sebagai Ketua Umum Partai Golkar, partai yang sejak lama dikenal sebagai “mesin politik paling tahan banting” di Indonesia.

Dari Papua ke Panggung Nasional

Bahlil lahir dari keluarga sederhana di Fakfak, Papua Barat. Masa mudanya diwarnai dengan perjuangan keras: berjualan kue, menjadi sopir angkot, hingga bekerja serabutan demi membiayai kuliahnya. Kisah ini kelak menjadi modal narasi kuat yang melekat dalam perjalanan politiknya: “anak kampung” yang mampu menembus lingkar kekuasaan nasional.

Kepemimpinannya di Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) membuka jalan ke politik nasional. Dari sana, ia dikenal dekat dengan Presiden Joko Widodo, yang kemudian mengangkatnya sebagai Kepala BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal), lalu Menteri Investasi. Jejaring yang dibangun dari dunia usaha hingga istana membuat Bahlil semakin diperhitungkan.

Membangun Golkar dengan Nafas Baru

Kini, di bawah kepemimpinannya, Golkar mencoba memberi ruang lebih besar bagi generasi muda. Struktur kepartaian yang biasanya kaku, pelan-pelan digerakkan dengan energi baru. Anak-anak muda diberi posisi strategis, bukan sekadar pelengkap.

Namun, di sisi lain, kebijakan ini membuat sebagian kalangan senior merasa terpinggirkan. Tradisi Golkar yang biasanya mengedepankan harmoni antar-generasi diuji dengan gaya Bahlil yang lebih progresif dan berani mengambil risiko.

Golkar dalam Bayang-Bayang Prabowo

Sejarah membuktikan, eksistensi Golkar pasca-Orde Baru sangat ditentukan oleh hubungannya dengan Presiden yang berkuasa.

Era Megawati: Golkar bangkit dari keterpurukan pasca-Suharto dan sukses mengantarkan Akbar Tandjung menjadi Ketua DPR.

Era SBY: Golkar dipimpin Jusuf Kalla dan Aburizal Bakrie. Hubungan mesra di awal berujung tarik-ulur politik, hingga Golkar kerap dipaksa menyesuaikan diri.

Era Jokowi: Di bawah Airlangga Hartarto, Golkar memilih konsolidasi dan menjadi pilar utama dalam koalisi pemerintahan.


Kini, di era Prabowo Subianto, adigium lama masih berlaku: “Selama Presiden menyukai Ketua Umum Golkar, maka kepemimpinan itu akan dipelihara. Jika tidak, maka gelombang perubahan bisa datang kapan saja.”

King Maker atau Justru Tersingkir?

Pertanyaan besar pun muncul: apakah Golkar di bawah Bahlil akan mampu menjadi king maker dalam pemerintahan Prabowo, atau justru tergelincir ke pinggiran?

Sebagai partai dengan infrastruktur terkuat di daerah, Golkar punya modal besar. Namun modal itu hanya berarti bila mampu menjaga harmoni dengan Presiden, serta mengelola konflik internal antar-faksi senior-muda yang kerap muncul.

Jika Bahlil sukses menggabungkan jejaring investasi global, energi muda, dan tradisi politik matang Golkar, partai beringin bisa kembali menjadi penentu arah politik nasional. Tetapi jika salah langkah, Golkar berpotensi kehilangan relevansi di tengah dominasi Prabowo dan manuver partai-partai lain.

Taruhan Masa Depan

Bahlil kini berdiri di persimpangan sejarah: antara melanjutkan tradisi panjang Golkar sebagai partai king maker, atau menjadi ketua umum yang justru menyaksikan partainya tersingkir dari lingkar kekuasaan.

Apapun hasilnya, satu hal pasti: perjalanan politik Bahlil bukan hanya kisah pribadi seorang anak Papua yang menembus Jakarta, tetapi juga cermin dari bagaimana politik Indonesia terus mencari keseimbangan antara regenerasi, loyalitas, dan kekuasaan.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
thejoint
advertisement
HUT R1 2025 AHMAD NAJIB
advertisement
HUT RI 2025 M HEKAL
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
HUT RI 2025 SOKSI
advertisement
Lainnya
Opini

Lima Alasan Tunjangan Rumah Dinas DPR Layak Dibatalkan

Oleh Seknas Fitra
pada hari Kamis, 21 Agu 2025
Pada 19 Agustus 2025, Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah menilai tunjangan perumahan legislator lebih efisien jika dibandingkan dengan pemberian Rumah Jabatan Anggota (RJA). ...
Opini

Tragedi Bocah Sukabumi: Alarm Kegagalan Negara dalam Melindungi Warga Termiskin

Kabar meninggalnya seorang bocah berusia tiga tahun di Sukabumi karena tubuhnya dipenuhi cacing bukan sekadar kisah tragis, tetapi potret nyata kegagalan sistemik negara dalam melindungi rakyatnya ...