Berita
Oleh Emka Abdullah pada hari Kamis, 16 Jul 2015 - 07:46:38 WIB
Bagikan Berita ini :

Kabareskrim Harus Minta Maaf ke Syafii Maarif

19BudiWaseso.jpg
Budi Waseso (tengah) (Sumber foto : Indra Kusuma/TeropongSenayan)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Komisioner Komnas HAM Manejer Nasution menyesalkan pernyataan Kepala Bareskrim Polri Komjen Budi Waseso (Buwas) yang menyatakan Buya Syafii Maarif tidak perlu ikut campur dalam masalah yang berkaitan dengan Polri.

"Sejatinya perwira tinggi sekelas Budi Waseso alias Buwas tidak perlu kehilangan akal sehat dan keanggunan Budi dalam merespons usulan Buya Syafi'i Maarif," tulis Manajer dalam keterangan tertulis yang diterima TeropongSenayan, Rabu (15/6/2015).

Manajer menambahkan, pernyataan Buya Syafii agar Presiden dan Kapolri mengganti Budi Waseso sebagai Kabareskrim sebenarnya merupakan nasihat dan sesuatu yang wajar dalam negara demokrasi.

"Sebagai guru besar sekaligus guru bangsa, Buya Syafii tentu sudah bisa memprediksi akan adanya potensi kerusakan moralitas dan tatanan hukum bangsa ini. Untuk itu ada baiknya Buwas dengan rendah hati meminta maaf secara terbuka kepada publik," sarannya.

Manejer menyebutkan, ada lima hal yang harus dipertimbangkan oleh Budi Waseso. Pertama, pertimbangan intelektualitas. Buya Syafii itu adalah guru besar (prefesor) yang otoritas keilmuannya tidak hanya diakui oleh dalam negeri tapi juga di luar negeri. Jika Budi Waseso belum tahu otoritas keilmuan serta kekuatan dan ketajaman analisis dan prediksi ilmiah seorang Buya Syafi'i, ada baiknya Budi Waseso menyediakan waktu membaca buku-buku Buya yang hampir mendekati ratusan judul jumlahnya.

"Kedua, pertimbangan spritualitas. Buya itu, di samping bergelar profesor dokotor, juga diakui dan dipanggil puplik dengan sebutan Buya. Gelar Buya itu adalah panggilan tertinggi dalam otoritas keagamaan Sumatera Barat, kira-kira sebangun dengan gelar Kyai di Jawa. Dengan demikian kritikan Buya itu juga adalah kritikan seorang ulama," paparnya.

Ketiga, pertimbangan kenegarawanan. Di samping sebagai tokoh agama dan cendekiawan, Buya juga adalah sebagai guru bangsa. Persyaratan utama guru bangsa itu adalah ketulusan serta satunya kata dan laku. Dalam usianya yang sudah melampaui rata-rata usia harapan hidup orang Indpnesia, Buya sudah tidak memiliki ambisi politik kekuasaan apa-apa lagi, kecuali Buya ingin bangsa ini memiliki harapan masa depan. Itu yang selalu Buya sampaikan sejak lama. Saya mengikuti harapan luhur beliau seperti itu sejak sebelum reformasi.

Keempat, pertimbangan sosiologis. Di samping sebagai guru besar, guru banga, dan ulama, Buya juga mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah. Dan sekarang Buya juga menjadi Dewan Penasihat Komnas HAM RI 2012-2017. Oleh karena itu, reaksi berlebihan Budi Waseso itu oleh publik dinilai sebagai arogan dan juga tidak humanis dan sangat jauh dari kategori etis.

Kelima, faktor kemendesakan. Melihat mulai masifnya reaksi negatif publik atas sikap tidak elegan Budi waseso itu, saya mendesak agar Budi Waseso segera minta maaf secara terbuka, di samping ke Buya, walaupun mungkin secara pribadi Buya tidak membutuhkan, juga ke publik.

"Saya kira publik masih ikhlas menunggu permintaan maaf Buwas paling lambat 7x24 jam terhitung dari sekarang," pungkas Manejer.(yn)

tag: #kabareskrim  #syafii maarif  #budi waseso  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement