Opini
Oleh M Hatta Taliwang pada hari Kamis, 27 Agu 2015 - 09:17:21 WIB
Bagikan Berita ini :

Bagaimana Kapitalis Menjajah Dunia?

45hatta taliwang_01.jpg
M Hatta Taliwang (Sumber foto : Eko S Hilman/TeropongSenayan)

Bagi yang awam ilmu ekonomi, dibawah ini disajikan cara memahami bagaimana para kapitalis menguasai dan menjajah kita/dunia.

Jurus /Instrumen 1.

Kapitalisme mengajarkan bahwa pelaku ekonomi harus terfokus pada akumulasi kapital. Mereka bikin mesin “penyedot uang” yang dikenal dengan Perbankan. Oleh lembaga ini, 'sisa-sisa' uang di rumah tangga yang tidak digunakan untuk konsumsi akan “disedot”.

Siapakah penikmat uang di bank itu? Tentu mereka yang memenuhi syarat bank: fix return dan agunan. Jadi hanya pengusaha besar dan sehat saja yang bisa. Siapakah mereka itu? Mereka itu tidak lain adalah kaum kapitalis.

Jurus/Instrumen 2.

Kaum kapitalis bikin mesin “penyedot uang” yang lebih ampuh lagi, Pasar Modal. Dengan ini, para pengusaha cukup mencetak kertas-kertas saham untuk dijual pada masyarakat dengan iming-iming akan diberi deviden. Siapakah yang memanfaatkan pasar modal ini? Dengan syarat untuk jadi emiten dan penilaian yang ketat, lagi-lagi hanya perusahaan besar yang dapat menjual sahamnya di pasar modal ini. Siapa? Kaum kapitalis juga.

Jurus 3.

Mereka “memakan perusahaan kecil”. Bagaimana caranya?Contohnya, jika di suatu wilayah banyak toko kelontong yang kecil, maka cukup dibangun sebuah mall yang besar. Dengan itu toko-toko itu akan tutup dengan sendirinya.

Jurus 4.

Kaum kapitalis ingin memenangkan persaingan pasar. Maka produk-produknya harus murah. Bagaimana caranya? Caranya kuasai pertambangan, mineral, hutan, migas, batubara, air dsb. Tentu dengan dukungan permodalan dari dua lembaganya: perbankan dan pasar modal. Bahkan dengan kekuatan senjata.

Jurus 5.

Jika pingin lebih besar lagi, maka harus “mencaplok” perusahaan milik negara (BUMN). Karena BUMN umumnya menguasai sektor-sektor publik yang strategis: telekomunikasi, transportasi, pelabuhan, keuangan, pendidikan, kesehatan, pertambangan, kehutanan, energi dsb.

Bagaimana caranya? Dengan mendorong munculnya UU Privatisasi BUMN. Dengan UU ini, mereka leluasa “mencaplok” satu-persatu BUMN.Tentu tetap dengan dukungan perbankan dan pasar modal.

Jurus 6.

Karena jurus ke 5 dengan UU, tentu mulai banyak menemukan hambatan. Bagaimana mengatasinya? Maka kaum kapitalis harus jadi penguasa tapi tetap jadi pengusaha. Untuk jadi penguasa membutuhkan modal besar, karena kampanye mahal. Itu tidak masalah, karena ada perbankan dan pasar modal.

Jika sidah memakai 6 jurus, maka level nasional berhasil DIKUASAI. Apakah cukup? Tentu saja tidak. Karena ada problem baru. Problemnya adalah terjadinya ekses produksi, semakin lama akan semakin kehabisan konsumen dalam negeri. Dari sinilah akan muncul jurus-jurus berikutnya, yaitu jurus di tingkat dunia.

Jurus 7.

Membuka pasar di negara-negara miskin dan berkembang yang padat penduduknya. Caranya? Dengan menciptakan WTO & perjanjian perdagangan bebas (GATT). Hasilnya? Bebas tarif bea masuk & bebas kuota impor (bebas proteksi). Jadi, mereka bebas memasarkan kelebihan produk di negara2 “jajahan”-nya.

Jurus 8.

Biar lebih besar, mereka membuka perusahaannya di negara-negar yang menjadi obyek ekspornya (MNC). Jadi, mereka mampu menjual produknya dengan harga yang jauh lebih murah. Strategi ini sekaligus menangkal munculnya industri-industri lokal yang akan jadi pesaing.

Jurus 9.

Menguasai sumber-sumber bahan baku yang ada di negara itu. Kaum kapitalis melahirkan berbagai UU yang mengijinkan perusahaan asing menguasai sumber bahan baku tersebut.Contoh UU Penanaman Modal Asing (PMA), UU Minerba, UU Migas, UU Sumber Daya Air dll.

Jurus 10.

Mereka ingin menjadikan harga bahan baku lokal menjadi semakin murah. Caranya dengan menjatuhkan nilai kurs mata uang lokalnya. Maka sistem kurs mengambang bebas bagi mata uang lokal tersebut harus diberlakukan. Jika nilai kurs mata uang lokal tidak boleh ditetapkan pemerintah. Lantas lembaga apa yang akan berperan dalam penentuan nilai kurs?Jawabannya adalah dengan Pasar Valuta Asing.

Dengan Pasar Valasnya, kaum kapitalis mudah “mempermainkan” nilai kurs mata uang lokal. Jika nilai kurs mata uang lokal sudah jatuh, maka harga bahan-bahan baku lokal dijamin akan menjadi murah, kalau dibeli dengan mata uang mereka.

Jurus 11.

Menjadikan upah tenaga kerja lokal bisa menjadi semakin murah. Bagaimana caranya? Dengan proses liberalisasi pendidikan negara tersebut, melalui UU Pendidikan Nasionalnya.

Jika penyelenggaraan pendidikan sudah diliberalisasi, subsidi pemerintah dikurangi/cabut , biaya pendidikan semakin mahal (khususnya perguruan tinggi), banyak pemuda yang tidak mampu melanjutkan studinya di perguruan tinggi.

Kemudian dengan mendorong dibukanya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebanyak-banyaknya, banyak lahir anak didik yang sangat terampil, penurut, sekaligus mau digaji rendah.

Hal ini tentu lebih menguntungkan, jika dibanding dengan mempekerjakan sarjana. Sarjana biasanya tidak terampil, terlalu banyak bicara dan maunya digaji tinggi.

Jurus 12.

Menempatkan penguasa boneka. Memfasilitasi mereka yang mau jadi boneka. Dana kampanye, publikasi media, manipulasi lembaga survey, hingga intervesi Komisi Pemilihan Umumnya. Dari sini penguasaan tingkat dunia nyaris terwujud.

Namun, ada problem yang baru. Problemnya adalah “mati”-nya negara 'jajahan'. Bagi negara yang sukses dikuasai, maka rakyat di negara itu akan semakin miskin dan melarat.Ini jadi ancaman bagi kapitalis itu sendiri. Mengapa?Jika penduduk miskin, maka menjadi problem pemasaran bagi produk-produk mereka. Di sinilah diperlukan jurus berikutnya.

Jurus 13.

Agar rakyat tetap punya daya beli, maka dekembangkan NGO/ LSM. Tujuannya to community development sebagai pendampingan pada masyarakat agar bisa mengembangkan industri level rumahan/home industry.

Masyarakat harus tetap berproduksi (walaupun skala kecil), agar tetap bpenghasilan. Agar NGO ini tetap eksis di tengah masyarakat, maka kaum kapitalis akan men-support sepenuhnya NGO ini. Jika pendampingan masyarakat berhasil, akan ada 3 keuntungan:

1. Masyarakat tetap memiliki daya beli

2. Memutus peran pemerintah

3. Negara 'jajahan' tidak akan jadi negara industri besar untuk selamanya.

Sampai titik ini kaum kapitalis mencapai kejayaan yang nyaris “sempurna”. Apakah tidak ada hambatan lagi? Ternyata masih ada. Krisis ekonomi. Sejarah panjang membuktikan bahwa ekonomi kapitalisme menjadi pelanggan yang setia terhadap terjadinya krisis ini. Namun, masih ada jurus pamungkas.

Jurus 14.

Jika krisis, KAUM KAPITALIS “memaksa” pemerintah untuk memberikan stimulus ekonomi (bailout). Dananya dari mana? Tentu diambil dari APBN. Sumber pendapatan negara berasal dari pajak rakyat. Dengan demikian, jika terjadi krisis ekonomi, siapa yang harus menanggung bebannya? Jawabnya adalah: RAKYAT.

KAUM KAPITALIS akan tetap jaya sementara rakyat selamanya akan tetap menderita. Dimanapun negaranya, nasib rakyat akan tetap sama. ITU SEBABNYA KITA HARUS MELAWAN SISTEM JAHILIYAH INI.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #hatta taliwang  #merdeka  #imf  #kapitalis  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Runtuhnya Mitos Kependekaran Politik Jokowi

Oleh Oleh: Saiful Huda Ems (Advokat, Jurnalis dan Aktivis 1998)
pada hari Jumat, 22 Nov 2024
Ternyata lebih cepat dari yang banyak orang perkirakan, bahwa kependekaran semu politik Jokowi akan tamat  riwayatnya di akhir Tahun 2024 ini. Jokowi yang sebelumnya seperti Pendekar Politik ...
Opini

Selamat Datang di Negeri Para Bandit

Banyak kebijakan ekonomi dan sosial Jokowi selama menjabat Presiden sangat lalim, sangat jahat, sangat kejam, khususnya terhadap kelompok masyarakat berpendapat menengah bawah.  Kejahatan ...