Opini
Oleh Djoko Edhi S Abdurrahman (Mantan Anggota Komisi III DPR-RI) pada hari Selasa, 15 Sep 2015 - 00:21:32 WIB
Bagikan Berita ini :

Memotret Krisis Ekonomi Dari Kurs dan Distrust (1)

5images (5).jpg
Djoko Edhi S Abdurrahman (Sumber foto : Istimewa)

Ada banyak orang gembira, jika Tim Kajian MPR yang dipimpin Rully Chairul Azwar itu berakhir dengan pelengseran Presiden Jokowi dari tahtanya. Jika tak salah, hanya lima orang dari duapuluh tokoh yang hadir di diskusi "Memotret Krisis Ekonomi" di Hotel Grand Alya Cikini, kemarin, termasuk saya, yang tidak berada dalam pikiran pelengseran. Di antaranya juga Eros Djarot dan Fahmi Idris.

Diskusi itu, adalah diskusi para ahli, merupakan roundtable yang dimoderatori Bursah Zarnubi, pentolan demonstran yang ikut gelisah oleh tekanan nilai tukar rupiah. Wajar, karena frame berpikirnya, barangkat dari sebab krisis bersumber dari kepemimpinan Jokowi yang dianggap lemah dan distrust. Tentu saja relatif.

Saya kecewa karena diskusi yang tadinya untuk menemukan pemecahan masalah, tergelincir menjadi memotret krisis. Sebab, tokoh yang saya harap bicara, tak nongol, seperti Kwik Kian Gie dan Christianto Wibisono. Hanya Fuad Bawazier yang membeber data krisis. Mereka dulu terlibat intens berpikir ketika serangan akrobat kurs di 1997 yang melengserkan Presiden Soeharto.

Simulasinya, taruhlah kepemimpinan Jokowi lemah dan distrust: apakah jika digantikan orang lain yang kokoh, lantas serangan kurs dolar dapat dihentikan? Atau diganti Jusuf Kalla sebagai presidennya, lantas kurs berhenti menyerang? Tapper off itu niscaya masih terus berlanjut! Itu yang pasti.

Pertemuan G20, dua hari lalu, malah tak punya kesepakatan agar The FED menunda kenaikan suku bunga USD. Itu akan menyebabkan nilai tukar di negara berkembang tertekan lebih dalam ke tahap panik. Termasuk negara emerging market, dilaporkan Reuter. Tak ada pula kesepakatan G20 untuk bantu negara berkembang agar tak jatuh lebih dalam.

Tak ada kesepakatan dari negara terkuat ekonominya tentang kurs dan pelemahan ekonomi negara berkembang antara RRT dengan Amerika. Untungnya, para Gubernur FED di negara bagian masih berbeda pendapat tentang "apakah ekonomi AS sdh pulih dan sudah mampu menerima beban kenaikan suku bunga The FED dimaksud, di mana ekspor AS akan terpukul".(bersambung)

TeropongRakyat adalah media warga. Setiap opini/berita di TeropongRakyat menjadi tanggung jawab Penulis.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #djoko edhi  #krisis  #jokowi  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Pelemahan Nilai Tukar Rupiah perlu Jalan Tengah

Oleh Ajib Hamdani (Analis Kebijakan Ekonomi Apindo)
pada hari Rabu, 22 Jan 2025
JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Memasuki Bulan Januari  2025, kondisi ekonomi nasional dihadapkan dengan tantangan berupa pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Pergerakan nilai tukar hampir ...
Opini

Debt Switch Surat Utang Negara Melanggar Undang-Undang, Diancam Pidana Penjara 20 Tahun

Sepuluh tahun terakhir, kondisi keuangan negara semakin tidak sehat. Utang pemerintah membengkak dari Rp2.600 triliun (2014) menjadi Rp8.700 triliun lebih pada akhir 2024.  Yang lebih ...