Ada banyak orang gembira, jika Tim Kajian MPR yang dipimpin Rully Chairul Azwar itu berakhir dengan pelengseran Presiden Jokowi dari tahtanya. Jika tak salah, hanya lima orang dari duapuluh tokoh yang hadir di diskusi "Memotret Krisis Ekonomi" di Hotel Grand Alya Cikini, kemarin, termasuk saya, yang tidak berada dalam pikiran pelengseran. Di antaranya juga Eros Djarot dan Fahmi Idris.
Diskusi itu, adalah diskusi para ahli, merupakan roundtable yang dimoderatori Bursah Zarnubi, pentolan demonstran yang ikut gelisah oleh tekanan nilai tukar rupiah. Wajar, karena frame berpikirnya, barangkat dari sebab krisis bersumber dari kepemimpinan Jokowi yang dianggap lemah dan distrust. Tentu saja relatif.
Saya kecewa karena diskusi yang tadinya untuk menemukan pemecahan masalah, tergelincir menjadi memotret krisis. Sebab, tokoh yang saya harap bicara, tak nongol, seperti Kwik Kian Gie dan Christianto Wibisono. Hanya Fuad Bawazier yang membeber data krisis. Mereka dulu terlibat intens berpikir ketika serangan akrobat kurs di 1997 yang melengserkan Presiden Soeharto.
Simulasinya, taruhlah kepemimpinan Jokowi lemah dan distrust: apakah jika digantikan orang lain yang kokoh, lantas serangan kurs dolar dapat dihentikan? Atau diganti Jusuf Kalla sebagai presidennya, lantas kurs berhenti menyerang? Tapper off itu niscaya masih terus berlanjut! Itu yang pasti.
Pertemuan G20, dua hari lalu, malah tak punya kesepakatan agar The FED menunda kenaikan suku bunga USD. Itu akan menyebabkan nilai tukar di negara berkembang tertekan lebih dalam ke tahap panik. Termasuk negara emerging market, dilaporkan Reuter. Tak ada pula kesepakatan G20 untuk bantu negara berkembang agar tak jatuh lebih dalam.
Tak ada kesepakatan dari negara terkuat ekonominya tentang kurs dan pelemahan ekonomi negara berkembang antara RRT dengan Amerika. Untungnya, para Gubernur FED di negara bagian masih berbeda pendapat tentang "apakah ekonomi AS sdh pulih dan sudah mampu menerima beban kenaikan suku bunga The FED dimaksud, di mana ekspor AS akan terpukul".(bersambung)
TeropongRakyat adalah media warga. Setiap opini/berita di TeropongRakyat menjadi tanggung jawab Penulis.
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #djoko edhi #krisis #jokowi