NEW DELHI (TEROPONGSENAYAN)--Bavaguthu Raghuram Shetty (71) salah satu milarder India yang sukses membangun bisnis valuta asing dan kesehatan. Shetty memilih Uni Emirat Arab sebagai markas mengendalikan perputaran uangnya.
Pada 2005, Shetty merogoh uang 45 juta dirham atau sekitar Rp170 miliar untuk membeli satu lantai di tingkat 100 gedung Burj Khalifa di ketinggian 828 meter. Inilah ikon dunia karena arsitekturnya modern, mewah dengan kenyamanan kelas dunia.
“Memiliki properti sekelas ini adalah suatu kemewahan dan kebanggan besar. Setidaknya pemandangannya sangat menakjubkan. Anda dapat melihat seluruh Dubai dan keindahan arsitekturnya,” ujar Shetty.
Shetty adalah salah satu orang kaya India yang suka belanja properti super mewah. Selain Shetty masih banyak lagi orang kaya India yang berburu properti mewah di kota-kota besar dunia. Seperti di Dubai, London, Paris, New York dsbnya.
Berdasarkan data Knight Frank, orang superkaya India memarkir hampir 40 % kekayaan bersih di sektor real estat. Mereka biasanya menghabiskan uang mulai dari £1 juta hingga £20 juta untuk membeli rumah di Mayfair.
Berdasarkan data Departemen Pertanahan Dubai, orang-orang India tercatat sebagai pembeli utama dari luar negeri di gedung-gedung berasitektur canggih di Dubai, termasuk Burj Khalifa yang menjulang tinggi.
“Warga India merupakan bagian penting investor asing,” kata Nivine William, salah satu direktur akuntan di ASDA'A Burson-Marsteller, perusahaan hubungan masyarakat Emaar Properties, pengembang Burj Khalifa, gedung 160 tingkat.
“Kedekatan geografis, penerbangan dapat ditempuh beberapa jam saja, populasi besar orang India di kawasan, dan hubungan dagang kuat antara Uni Emirat Arab dan India menjadi pemacu pertumbuhan,” ujar Nivine.
Properti mewah lain di Dubai yang banyak diburu termasuk Palm Islands, pulau-pulau buatan terbesar di dunia yang dibentuk seperti pohon palem. Mereka memburu kemewahan gedung dan suasana diatas pulau buatan itu.
“Investor India menempati proporsi besar di proyek-proyek kami,” kata Rebecca Rees, manajer hubungan masyarakat di Nakheel, pengembang gedung-gedung raksasa. Orang kaya India menjadi pembeli utama proyek itu.
Pembelian para miliarder India itu mencakup semua jenis properti yang ada di portfolio beragam Nakhaeel. Mulai dari properti pinggir laut hingga akomodasi kelas menengah di kompleks-kompleks yang ada di Dubai.
Jumlah pembeli India berada di urutan kedua di bawah pembeli yang bermarkas di Inggris. Namun jauh di atas pembeli Asia dan Eropa daratan (19% dari seluruh pembeli), dan pembeli Rusia dan Timur Tengah, yang sekarang masing-masing berjumlah 13% dari total pembeli.
Pada 2013, pembeli warga India menghabiskan hampir £450 juta, setara dengan Rp9,5 triliun, untuk mendapatkan sekitar 221 properti perumahan di London pusat termasuk Mayfair, St John’s Wood dan Belgravia.
Sebagai bekas jajahan Inggris, India mempunyai hubungan sejarah dengan Inggris. Banyak warga India merasa mempunyai kedekatan alamiah. Inilah salah satu alasan orang kaya India berburu properti di Inggris.
“Investasi India di properti mewah di London sudah ada sejak era Edwardian ketika sebagian pangeran paling kaya mempunyai rumah-rumah besar di ibu kota," Peter Wetherell, pimpinan Wetherell, melalui surat elektronik.
Menurut dia yang paling menonjol adalah HEH Nizam dari Hyderabad yang memiliki Hyderabad House No.6 Palace Green di Kensington dan ia membeli properti untuk keluarganya di Mayfair dan Belgravia.
“Di masa puncak musim panas di Inggris, sekitar 3.000 keluarga kaya India melarikan diri dari musim kemarau di India untuk menempati rumah mereka di London,” tambah dia. Biasanya mereka menghabiskan uang dari £1 juta hingga £20 juta untuk membeli rumah di Mayfair.
Miliarder India, tambah Wetherell, juga mempunyai beberapa hotel penting di Mayfair. Hotel terkenal Grosvenor House Hotel, misalnya, dimiliki oleh Sahara India Pariwar Group, yang dipimpin oleh pengusaha India Subrata Roy. Ia membei hotel itu pada 2010 senilai £470 juta.
Di Amerika Serikat, pembeli asal India tercatat sebagai pembeli properti terbesar keempat, setelah Kanada, Cina dan Meksiko. Demikian data yang disebutkan oleh National Association of Realtors yang berkantor di Chicago.(ris/bbc)