Di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo ada Dosen mata kuliah Ekonomi Rakyat. Dosen ini bangga sekali atas prestasi mantan murid/mahasiswanya yang telah jadi Sarjana.
Sang Sarjana muda usia ini semula bekerja pada pabrik rokok di Jatim, tetapi dia tidak krasan karena hanya diperlakukan sebagai nomor, sebagai "buruh" (inlander), padahal di ruang kelas Dosen-nya itu dia diajari makna "demokrasi ekonomi Indonesia" di mana hubungan kerja adalah emansipatori, artinya "buruh" adalah "mitra usaha" (bukan koelie).
Sang Sarjana muda usia ini lantas pindah bekerja ke bank swasta kecil milik pribumi (bank lokal di Solo -- saya buka Deposito di bank ini). Gaji Sarjana lulusan UNS ini setingkat dengan UMR daerah di situ.
Dia gerakkan teman-teman sekantornya untuk tiap bulan gaji d
dipotong 2,5% dan disetor sebagai zakat. Terkumpulah sejumlah uang zakat-zakat bulan demi bulan yang sedikit demi sedikit menjadi bukit.
Dana yang dia kelola untuk dipinjam-pinjamkan membantu modal bakul-bakul dan pedagang-pedagang kecil tanpa bunga! Plus sekedar petunjuk pembinaan dan mekanisme cicilan pinjaman kepada pedagang-pedagang kecil ini.
Modal selalu meningkat karena mereka senantiasa membayar zakat tiap bulan. Sang Dosen tanya, bagaimana kalau bakul-bakul/pedagang-pedagang kecil gagal bayar/gagal bayar cicilan pinjaman atau bangkrut?
Sang bekas murid bilang, gagal bayar atau bangkrut tergantung pada bagaimana kita mau cawe-cawe (terlibat) membina. Kalau toh tidak terhindarkan dan bangkrut karena petaka, ya nggak apa-apa, toh modal itu zakat, yang para pembayar zakat tidak ada yang dirugikan.
Sang Dosen cerita sama saya tentang prestasi intelektual bekas mahasiswanya itu dengan muka bersinar-sinar. Kuliah-kuliah di ruang kelasnya efektif, relevan, berhasil merubah/meluruskan mindset Kerakyatan berdasar Sila kelima Pancasila, secara kecil-kecilan tapi nyata.
Dosen ini pulalah yang "mengentaskan" orang-orang miskin dipinggir-pinggir kali di tengah kota Solo bersama mahasiswanya. Dia melaksanakan doktrin Kerakyatan sesuai pesan Konstitusi kita.
Dosen ini tahu bawa membangunan tidak boleh menggusur orang miskin, tetapi harus menggusur kemiskinan. Dia banyak ke-heran-heran-an pada para pengagum pasar-bebas yang mengedepankan "daulat pasar" dan menyisihkan "daulat rakyat" dalam globalisasi yang dibiarkan Pemerintah mengganas predatorik.
Saluuuuut Pak Dosen! (*)
TeropongRakyat adalah media warga. Setiap opini/berita di TeropongRakyat menjadi tanggung jawab Penulis.
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #rakyat #sri edi #uns