Editorial
Oleh Bani Saksono pada hari Kamis, 20 Nov 2014 - 08:40:48 WIB
Bagikan Berita ini :

Karpet Merah SPBU Asing, Karpet Usang Pertamina

87spbu asing 6.eko.jpg
spbu asing (Sumber foto : Teropong Senayan/Eko S Hilman)
Teropong Juga:

NEGERI elok amat kucinta..... Tanah tumpah darahku yang mulya, yang kupuja spanjang masa... Itulah beberapa potong syair lagu wajib berjudul Tanah Tumpah Darahku, karangan Cornel Simanjuntak. Biasanya lagu itu dilantunkan saat siaran televisi akan berhenti siaran pada tengah malam, atau kita mendengar sayup-sayup saat peringatan Tujuhbelasan di kampung-kampung.

Esensi dari lagu itu adalah ajakan agar kita segenap warga negara Indonesia bangga dengan seluruh yang ada di bumi Indonesia, mulai dari alamnya, sumber daya alamnya, SDM-nya, makanannya, dan semua produk yang dibuat oleh para penduduknya.

Namun, kelihatannya, imbauan C Simanjuntak itu tak lagi merasuk di hati sanubari para pemimpin negeri ini. Tanda-tandanya, mereka tak punya hati untuk bagaimana memerdekakan seluruh produk dalam negeri agar bisa laku dan dipakai oleh seluruh masyarakat Indonesia, bahkan jika perlu diekspor ke banyak negara.

Dengan alasan memberikan yang lebih baik, dan demi globalisasi, pemerintah pun membuka pintu seluas-luasnya bagi masuknya produk asing agar bisa bersanding dengan produk lokal. Jika perlu, bebaskan bea masuk agar harganya lebih murah. Contohnya, betapa mobil rintisan Presiden Jokowi, yaitu Esemka, hendak dicemplungin ke laut dan lebih memilih mobil asing yang dikemas dalam LCGC (mobil yang harganya murah dan ramah lingkungan).

Ternyata pemerintah menipu rakyat. Murahnya harga mobil LCGC itu karena dibebaskan pajaknya, bahkan hingga 100%. Ya pantas murah. Harusnya, kalau pun murah, itu sudah termasuk pajaknya. Itu baru fair.

Kebijakan pemerintah Jokowi ternyata mengulangi kesalahan rezim Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang mengemas LCGC. Kini, Jokowi telah menggelar karpet merah yang masih baru dari toko buat setidaknya 800 ribu stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) milik asing. Mereka siap berkompetisi dengan Pertamina, karena selisih harganya tak begitu besar dibandingkan harga sebelum dinaikkan sejak 18 November 2014.

Sikap pemerintah yang tak pernah mengganti karpet Pertamina itu juga sejalan denga tabiat masyarakat kita yang kini sudah mulai menggilai produk branded (bermerek) yang dikonotasikan pasti barang impor yang berkualitas. Masyarakat kembali tertipu. Ternyata, barang yang dikatakan branded itu buatan Indonesia yang sudah diganti label asing.

Jika demikian, buang ke laut pula stiker yang berbunyi 'Aku Cinta Produk Indonesia' dan 'I Damn RI', menyusul Esemka.[b]

tag: #Aku Tidak Cinta Produk Indonesia  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Editorial Lainnya
Editorial

Redam Harga Masker!

Oleh Firdaus
pada hari Selasa, 18 Feb 2020
Belakangan ini masyarakat terkejut dengan lonjakan harga masker hingga lebih 100% dan barangnya langka di beberapa apotik di Jakarta maupun daerah lainnya. Bahkan Komisi Pengawas Persaingan Usaha ...
Editorial

Degradasi Etika Pejabat

Keputusan Pemerintah menentukan Pangkalan Militer TNI di komplek Pangkalan Udara Raden Sajad Kepulauan Natuna untuk lokasi observasi 238 WNI dari Wuhan, China, adalah keputusan yang tepat. Pertama, ...