JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Defisit kebutuhan listrik di Indonesia sudah di depan mata. Pada 2024 diprediksi defisit listrik sebesar 50.000 megawatt. Karena itu sudah saatnya memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). "Untuk membangun PLTN dibutuhkan adanya strong leadership,” kata Deputi Bidang Teknologi Energi Nuklir, Taswanda Taryo kepada TeropongSenayan di Jakarta, Kamis, (27/11/2014)
Namun untuk membangun PLTN dibutuhkan sebuah keberanian. Apalagi PLTN bisa mendorong pertumbuhan ekonomi. "Indonesia tidak bisa lagi bergantung pada minyak dan gas," ujarnya.
Menurut Taswanda, pada kurun waktu 2014 hingga 2024 adalah waktu yang tepat untuk membangun PLTN. Saat itu kebutuhan listrik sebesar 115 gigawatt, sementara dari jumlah itu baru dipenuhi 65 gigawatt. "Negara-negara yang akan membangun PLTN di antaranya Vietnam, Turki, Arab Saudi, Bangladesh, Jordania, Kita harus siapkan PLTN yang besar maupun yang kecil. Tenaga nuklir bisa bersaing dengan batu bara,” tutut dia lagi.
Dikatakan Taswanda, sudah sejak tahun 1972, Indonesia "bermimpi" memiliki PLTN. Namun, sampai sekarang mimpi itu belum menjadi kenyataan. "Padahal kita sudah menyiapkan science pembangunan PLTN. Prinsip dari pembangunan PLTN itu adalah keselamatan, keselamatan, dan keselamatan,” paparnya.
Lebih jauh Taswada mengaku sebenarnya pemerintah sudah menyiapkan beberapa tempat untuk pembangunan PLTN. Sebelumnya telah disiapkan lokasi di Ujung Lemahabang, di semenanjung Muria, Jawa Tengah. "Tapi sekarang kita mempunyai alternatif tempat, yaitu di Bangka Belitung. Kita sudah melakukan studi kelayakan sejak tahun 2011,” imbuhnya
Sementara itu Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapetten), Jazi Eko Istiyanto mengatakan Indonesia bisa memiliki PLTN dengan diawali adanya deklarasi oleh presiden. "Namun sayangnya, sampai sekarang belum ada deklarasi Presiden akan membangun PLTN," ucapnya
Menurut Istiyanto, keamanan dan keselamatan paling diutamakan dari kehadiran PLTN. Bapetten menjadi lembaga yang mengawasi keamanan dan keselamatan PLTN. "Sekali terjadi kecelakaan PLTN di Indonesia, masa depan energi nuklir di Indonesia akan habis,” ujarnya.
Karena itu, lanjut Istiyanto, banyak perangkat agar tercipta keamanan dan keselamatan PLTN, seperti perijinan, Undang-Undang, teknologi nuklir, dan persyaratan lainnya. "Tapi sampai sekarang belum ada yang mengajukan perijinan ke Bappeten,” pungkasnya. (ec)