JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Banyak pihak berubah sikap dan mendukung pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung, padahal dampak negatifnya cukup luas. "Para pihak, terutama politisi agar tidak latah mendukung sistem pemilukada langsung," kata pengamat politik Muhammad Nasih kepada TeropongSenayan di Jakarta, Minggu (14/12/2014).
Dosen ilmu politik Universitas Indonesia itu menjelaskan pilkada langsung dapat merusak moral masyarakat. Meski elite politik tidak mau melakukan praktik politik uang. Namun praktek itu akan tetap terjadi.
Nasih menyontohkan praktek politik uang juga terjadi dalam banyak pemilihan kepada desa atau pilkades. "Pada saat berlangsung pilkades yang merupakan pemilihan langsung, para bandar judi ikut bermain," ungkapnya.
Mereka, sambung Nasih, bertaruh untuk kemenangan calon-calon tertentu. "Dan untuk menang bertaruh itu, mereka bisa mengeluarkan dana dalam jumlah besar," terang dia lagi.
Menurut Nasih, masyarakat masih belum siap dengan sistem pemilihan langsung. Karena berbagai faktor, di antaranya pendidikan dan ekonomi.
Dia tidak sepakat dengan pernyataan rakyat sudah cerdas. "Kita harus berani katakan sebagian besar pemilih di Indonesia belum cerdas," ucap dosen program pasca sarjana UI ini. (ec/b)
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #pilkada langsung tidak langsung