Opini
Oleh Muslim Arbi (Koordinator GALAK-Gerakan Aliansi Laskar Anti Korupsi) pada hari Selasa, 06 Sep 2016 - 20:30:15 WIB
Bagikan Berita ini :

Ahok Faktor Perusak Bangsa

60f6309c9e58ede8719e0d4704d54b2013216bbe10.jpg
Muslim Arbi (Koordinator GALAK-Gerakan Aliansi Laskar Anti Korupsi) (Sumber foto : Istimewa)

Ahok sudah menjadi faktor Perusak Bangsa. Ini judul yang cukup menarik pada catatan kali ini. Coba perhatikan performance sebagai seorang pejabat Negara dan pejabat publik, dia representasi diri sebagai faktor perusak. Betapa tidak. Pikiran, ucapan dan keputusan dan tindakan dia sangat bertentagan dengan karakter sebagai pemimpin.

Apa yang ada dalam pikirannya adalah sebuah kebenaran. Kalau ada yang menentang dianggap sebagai pihak yang salah. Siapapun itu, lembaga apa pun yang ada. Entah itu pribadi, publik atau lembaga negara salah dimata Ahok. Ini sangat berbahaya! Ahok seolah menjadikan dirinya sebagai representasi kebenaran dan dia pemilik kebenaran. Selain dirinya adalah salah dan tidak benar.

Dalam kasus kasus cuti sebagai petahana, misalnya, saat bersama Jokowi di Pilgub DKI, 2012, maka dia lantang suarakan agar Fauzi Bowo yang saat itu sebagai Cagub harus cuti. Kini, di saat dia berkepentingan sebagai Cagub, dia menolak cuti dan ajukan gugatan judicial review ke MK. Padahal para petahana lain-karena patuh pada UU- maka rela cuti, jika maju lagi dalam pilkda.

Pada proses penegakan hukum misalnya, juga menjadi contoh buruk bagi bangsa ini. Meski kasusnya itu terang benderang dengan bukti yang sangat kuat sekalipun, lembaga negara yang melakukan audit yaitu BPK di anggap ngaco. Padahal bukti yang merugikan negara sudah terang benderang, seperti pada kasus pembelian lahan RS Sumber Waras.

Dalam kasus pengusuran, Ahok memperlakukan warga DKI sebagai masuh yang harus di tumpas dengan menggunakan tangan aparat. Sebaliknya dalam hal pemberian izin reklamasi teluk Jakarta, Ahok sangat membela pengembang dan pemodal.

Ahok terlihat sangat ngotot membela pemodal besar, tapi terhadap rakyat kecil tanpa ampun menggusur rumah dan sumber kehidupan mereka. Sehingga sebagai Gubernur DKI, Ahok memperlihatkan watak kejam bukan mengayomi.

Sikap Ahok ini memperlihatkan keretakan dan lubang yang menganga antara non pri-kebetulan sebagai pemilik modal- denhan pri-yang lemah dan tak menguasai modal. Ini adalah luka sosial dan menciptkan gap semakin dalam di masyarakat.

Semua itu membawa kepada penilaian bahwa selama menjadi Gubernur Ibhko, Ahok adalah gambaran pemimpin yang kejam, tak berperikemanusiaan dan gagal. Tak heran jika sosok Ahok menjadi musuh bersama (common enemy) warga Jakarta.

Penyerangan sekelompok orang terhadap sosok yang wajahnya mirip Ahok di bus Trans Jakarta adalah wujud nyata kekesalan yang mendalam warga ibukota. Mereka geram dan melampiaskan kemarahannya. Meski hal ini juga tidak bisa dibenarkan.

Apapun, faktanya Ahok telah menjadi musuh bersama. Oleh karenanya personifikasi Ahok sangat berbahaya bagi bangsa ini, kini maupun nanti. Ahok menjadi faktor perusak bangsa. Sehingga, bila ada tokoh publik, pejabat atau pimpinan partai serta partai yang memberi dukungan kepada Ahok, juga layak di cap sebagai perusak bangsa.

Ahad, 4 September 2016 lalu, puluhan ribu umat Islam turun ke jalan di ibukota menolak Ahok. Namun tak satupun media nasional, baik elektronik maupun cetak, yang memberitakan. Beruntung, para penggiat media sosial mampu menyebarluaskan.

Ini membuktikan bahwa media massa ikut merusak karena telah terjangkiti penyakit Ahok. Mereka ikut menjadi perusak bangsa dalam proses informasi, publikasi dan edukasi. Demokratisasi media nasional menjadi mati suara karena pemihakan.

Media-media masa utama itu terlihat sangat partisan dan amatiran soal isu Tolak Ahok. Padahal suara-suara penolakan itu adalah murni karena Ahok telah menjadi common enemy, sebagai perusak bangsa.(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
RAMADHAN 2025 H ABDUL WACHID
advertisement
DOMPET DHUAFA RAMADHAN PALESTIN
advertisement
RAMADHAN 2025 M HAEKAL
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Skandal BBM PT Patra Niaga: Dugaan Manipulasi, Kerugian Triliunan, dan Dampaknya terhadap Kepercayaan Publik

Oleh Ariady Achmad.Aleg Dpr RI FPG 1997-2004.
pada hari Senin, 10 Mar 2025
Jakarta, 10 Maret 2025-Kejaksaan Agung baru-baru ini mengungkap dugaan praktik kecurangan dalam distribusi bahan bakar minyak (BBM) oleh PT Patra Niaga, anak usaha PT Pertamina (Persero). Skandal ini ...
Opini

PRABOWO BISA MEMANCING REVOLUSI

Bandung, 10 Maret 2025-Bukan berarti sengaja mendorong terjadinya perubahan cepat atau revolusi akan tetapi kebijakan dan gaya memimpin Prabowo sebagai Presiden dapat memancing terjadinya revolusi. ...