ADA SEJUMLAH program dari Kabinet Jokowi yang justru bertentangan dengan saat dia berkampanye dulu. Misalnya, teganya menghapus dan menaikkan harga BBM bersubsidi, menaikkan tarif dasar listrik (TDL), menaikkan harga elpiji tabung 12 kilogram, menggusuri kaum pedagang kaki lima (PKL) dari kawasan wisata, dan kebijakan lainnya yang bikin justru bikin sedih dan marah para wong cilik. Semula mereka terbuai dengan model blusukannya.
Ada banyak sebab mengapa Presiden Jokowi 'terpaksa' mengingkari janji-janjinya saat berkampanye dulu. Kemungkinan itu antara lain karena banyaknya tekanan, juga pesanan dari sejumlah pihak yang merasa sudah memberikan kontribusinya dalam merebut kursi kepesidenan. Misalnya, dari kalangan partai pendukung, para relawan, hingga pengusaha yang telah mengucurkan dananya untuk biaya kampanye.
Kini saatnya mereka menagih balas jasa dari Jokowi. Sejmlah balas jasa yangbisa diberikan oleh Jokowi di antaranya adalah jabatan di kabinet. Ada yang ditempatkan di sejumlah lembaga negara nonstruktural. Ketika sudah habis, dibuatlah jabatan baru. Kalaupun tidak mendapat jabatan, Jokowi kan memberikan kompensasi dalam bentuk lain seperti pemberian proyek-proyek. Siapa yang menikmati impor minyak dari Angola? Dan lain-lainnya.
Sekarang kembali kepada apa yang harusnya dilakukan Presiden untuk mewujudkan keinginan dan cita-cita rakyat Indonesia. Apa benar, kebijakan Jokowi selama ini mampu mengarah pada terwujudnya keinginan rakyat? Atau sebaliknya, justru karena banyaknya pesanan yang berasal bukan dari rakyat, telah membuat berbagai kebijakan itu justru bertentangan dengan kehendak rakyat banyak.
Pesiden Jokowi dan Kabinetnya ingin mewujudkan swasembada pangan dan membangun infrastruktur perhubungan agar gap antara kota dan desa berkurang. Bagaimana caranya membangun pelabuhan-pelabuhan di daerah agar mampu disinggahi kapal yang lebih besar. Bagaimana memperbanyak armada kapal angkut penumpang dan barang agar mobilitas penduduk yang berbisnis meningkat.
Membangun banyak waduk di sekitar 43 tempat untuk mengairi sawah-sawah. Tapi kenyataannya, distribusi pupuk untuk petani mash dikuasai mafia. Sementara itu masih ada 'cek-cok' atau rebutan kewenangan antara Kemendgri dengan Kemendestrans. Penjagaan perairan diperkuat agar situasi aman dan bebas dari pencurian ikan. Tapi kenyataannya nelayan kita tak bisa menangkap ikan banyak-banyak dan jauh ke tengah laut karena besarnya kapal dan alat tangkapnya dibatasi.
Masih banyak persoalan yang harus dipecahkan oleh Jokowi. Itu sebabnya, untuk mengurangi tekanan dan hambatan yang bersifat struktural, ada yang mengusulkan agar Presiden Jokowi minta bantuan saja sama Doraemon yang punya kantong ajaib. Ingin dan minta apa saja bisa terpenuhi dalam sekejap dan dapat dengan mudah menghadapi anasir-anasir jahat yang mengelilingi diriinya.
Dengan kantong ajaib, Jokowi bisa menurunkan harga BBM, Pertamina tetap jaya karena menjual BBM dengan harga yang lebih murah dari BBM yang dijual stasiun bahan bakar umum (SPBU) milik asing. Dengan kantong ajaib, Jokowi dapat membangun jalan tol laut di Teluk Jakarta, PT Dirgantara Indonesia mampu memproduksi banyak pesawat terbang penumpang yang dapat menghubungkan pulau-pulau dengan cepat. PT PAL bisa digenjot untuk membuat kapal-kapal penmpang dan kargo, agar bisnis angkutan kapal tidak dikuasai asing.
Kantong ajaib juga bisa minta PT Inka memproduksi kereta api yang berkualitas tapi lebih murah dibandingkan kereta bekas dari Jepang. Dengan demikian, PT KAI dapat membangun rute baru untuk mengurangi kepadatanpenumpang commuter line Jabodetabek hingga jalanan tak lagi macet karena orang akan lebih nyaman naik kereta dari pada mobil.
Rakyat senang kebutuhannya tercukupi, Doraemon juga senang karena dapat membantu sesama. Jika mau, Presiden Jokowi bisa menelpon Perdana Menteri Jepang agar dikirimi beberapa Doraemon. (b)
