Opini
Oleh Zeng Wei Jian pada hari Sabtu, 04 Feb 2017 - 13:33:40 WIB
Bagikan Berita ini :

Diary Gubernur Gagal

43images.jpg
Zeng Wei Jian (Sumber foto : Istimewa )

Menjadi "orang keturunan" dan Kristen di negeri besar dengan 17 ribu pulau nggak susah-susah amat. Buktinya Om Liem, Ciputra, James Riyadi atau Franky Wijaya bisa jadi konglomerat. Buktinya, Ahok bisa jadi Wagub dan Gubernur DKI. Sekali pun nggak punya pengalaman organisasi, IQ pas-pasan dan minim pengetahuan. Jadi gubernur berarti lolos dari 6 skandal korupsi. Sudah menista Surat Al Maidah, namun nggak juga ditahan. Nggak seperti kasus Permadi, Rusgianti, Arswendo dan 130-an kasus serupa selama 15 tahun terakhir.

Menjadi "orang keturunan", Kristen dan gubernur sekaligus itu asyik. Bisa caci-maki sekenanya. Ngomong "tokay" di tivi, tetap dibela buzzer bayaran. Sehabis menista agama, ulama besar-cum-Rois Aam NU pun bisa diserang. Dituding berbohong. Diancam akan diproses hukum.

Bila seorang gubernur dikecam, dicaci, dihujani batu, ditolak blusukan, disumpahi cepet mati, pasti ada sebabnya.

Indonesia negeri beradab dan budaya tua. Terkenal sebagai tempat hidup orang sopan dan santun. Sebab gubernur itu dibenci pasti bukan karena dia "orang keturunan" atau Kristen. Buktinya, Kristiadi Sanjaya alias Bong Hon San aman-aman aja jadi Wagub Kalbar.

Tidak pernah rakyat memberi amanah kepada seorang gubernur untuk menggusuri rakyat secara brutal. Lalu menuding mereka sebagai penyabot tanah negara dan pengintai turap. Hanya komunis extrim yang bisa ngomong begitu. Amanah seorang gubernur bukan untuk ngatain aktifis sebagai pelestari kemiskinan, menghina demonstran sebagai pencari nasi bungkus atau ngancem semprot mereka dengan benzin.

Nggak pernah ada gubernur macam begitu. Di seluruh dunia, baru ada satu gubernur kayak gitu. Sepanjang sejarah, baru ada di Jakarta, seorang gubernur-cum-penista agama yang pede minta dinominasikan sebagai kandidat peraih Hadiah Nobel Perdamaian. Perilakunya bikin ngilu. Hanya di Indonesia, manusia gubernur, "orang keturunan" sekaligus Kristen macam begini bisa survive.

Dia pasti mati bila tinggal di Afganistan. Dieksekusi tembak bila jadi Walikota Shanghai. Di Singapura, Amerika, Eropa atau di Madagaskar, si mulut beringas ini bakal jadi langganan masuk bui. Alih-alih bersyukur dan berkaca diri, keluarganya malah ngomong "ngga guna hidup lebih lama di negeri ini."

Publik sontak kompak menjawab, "Silahkan pergi keluar Indonesia. Segera. Secepatnya."(*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
IDUL FITRI 2025 AHMAD NAJIB Q
advertisement
DOMPET DHUAFA RAMADHAN PALESTIN
advertisement
IDUL FITRI 2025 WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2025 HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2025 HERMAN KHAERON
advertisement
Opini Lainnya
Opini

GERUDUK NASIONAL 15-16 APRIL

Oleh M. Rizal Fadillah
pada hari Senin, 14 Apr 2025
Hitung mundur makin dekat ke hari-hari penentuan. Respons publik terhadap agenda silaturahmi TPUA, tokoh-tokoh, dan elemen perjuangan lainnya ke UGM Yogyakarta dan rumah Joko Widodo Surakarta cukup ...
Opini

MEGA-PRABOWO DAN CINTA SEGITIGA

Cinta segitiga itu adalah antara Prabowo, Megawati, dan Jokowi. Awalnya semua dalam posisi cinta. Mega adalah Capres berpasangan dengan Cawapres Prabowo saat Pilpres tahun 2009. Jokowi adalah ...