Oleh Toni Teoloq pada hari Rabu, 09 Apr 2025 - 13:55:32 WIB
Bagikan Berita ini :

Een van Ons: Membangun Jalan Ideologis di Tengah Pusaran Kekuasaan

tscom_news_photo_1744181732.jpg
(Sumber foto : )

Dalam lanskap politik kontemporer yang kerap dibentuk oleh kalkulasi elektoral dan kompromi praktis, strategi Een van Ons (One of Us)—salah satu dari kita—hadir sebagai ikhtiar menjaga bara ideologi tetap menyala di dalam sistem. Ia bukan sekadar slogan internal, melainkan prinsip kerja politik: menempatkan orang-orang yang sejalan dalam nilai dan gagasan ke dalam posisi strategis dalam pemerintahan dan masyarakat sipil. Tujuannya jelas: mendorong arah kebijakan negara mendekati cita-cita luhur.

Namun strategi ini bukan perkara menempatkan sebanyak-banyaknya orang ke dalam sistem. Tantangan sesungguhnya justru muncul ketika mereka yang masuk ke dalam sistem harus tetap memelihara kompas moral dan kesadaran kritisnya. Di sinilah relevansi pemikiran Antonio Gramsci menjadi penting. Dalam Prison Notebooks, Gramsci menulis tentang pentingnya “intelektual organik”—mereka yang tidak hanya terampil secara teknis, tetapi juga mampu membaca arah sejarah dan menanamkan nilai di tengah arus kekuasaan.

> "Setiap revolusi didahului oleh kerja panjang kritik dan penyebaran ide-ide."
— Antonio Gramsci

Dalam praktiknya, Een van Ons membutuhkan kader yang luwes namun teguh, yang tahu kapan harus bernegosiasi, dan kapan harus berdiri melawan. Seorang realis yang tidak kehilangan utopia. Sebagaimana semangat gerakan mahasiswa dan intelektual Perancis pada Mei 1968 yang menyerukan:

> “Soyez réalistes, demandez l’impossible.”
(Jadilah realistis, tuntutlah yang tidak mungkin.)

Slogan ini bukanlah paradoks kosong. Ia merupakan pernyataan politik yang menantang status quo: bahwa sistem tidak akan berubah tanpa desakan radikal dari dalam. Sebuah kritik tajam terhadap ketundukan yang dibungkus dengan bahasa teknokratis dan prosedural.

Herbert Marcuse, dalam One-Dimensional Man, menggambarkan bagaimana masyarakat modern membius akal sehat dengan efisiensi, kenyamanan, dan konsumsi. Baginya, pembebasan hanya mungkin jika kita berani mempertanyakan apa yang dianggap “niscaya”, dan mengembalikan kesadaran bahwa semua tatanan bisa diubah.

> “Emansipasi hanya mungkin jika kita sadar bahwa yang kita anggap sebagai ‘kenormalan’ adalah konstruksi sejarah—bukan takdir.”
— Herbert Marcuse

Sejarah memberi kita pelajaran penting. Mulai dari kaderisasi Partai Buruh di Inggris yang merintis reformasi sosial, gerakan Solidarność di Polandia yang menumbangkan otoritarianisme lewat peran dalam sistem, hingga rekonsiliasi nasional di Afrika Selatan pasca-apartheid yang dipimpin oleh aktivis yang masuk ke dalam struktur kekuasaan—semuanya menunjukkan bahwa perubahan dari dalam bisa dilakukan, asal tidak kehilangan arah.

Namun strategi ini juga rawan penyimpangan. Ketika jabatan menjadi tujuan, bukan sarana perjuangan, ketika kenyamanan menggantikan keberpihakan, maka Een van Ons hanya tinggal nama. Seperti diingatkan Paulo Freire dalam Pedagogy of the Oppressed:

> “Menjaga jarak dari konflik antara yang kuat dan yang tertindas bukanlah sikap netral; itu artinya berpihak pada yang kuat.”

Oleh karena itu, keberhasilan Een van Ons bergantung pada satu hal: keberanian untuk tetap berpijak pada nilai, bahkan saat duduk di kursi kekuasaan. Ia bukan sekadar strategi politik, tapi komitmen ideologis jangka panjang. Komitmen bahwa perubahan sosial yang sejati hanya mungkin lahir dari gabungan antara refleksi, organisasi, dan keberanian menolakuntukmenyerah.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
IDUL FITRI 2025 AHMAD NAJIB Q
advertisement
DOMPET DHUAFA RAMADHAN PALESTIN
advertisement
IDUL FITRI 2025 WACHID
advertisement
IDUL FITRI 2025 HEKAL
advertisement
IDUL FITRI 2025 HERMAN KHAERON
advertisement
Lainnya
Opini

Presiden Trump dan Perang Tarif

Oleh Andi Rahmat, Anggota DPR RI 2004-2009/2009-2014
pada hari Kamis, 10 Apr 2025
Sebetulnya tidak ada yang aneh dari perilaku kebijakan ekonomi Presiden Trump. Penggunaan instrumen tarif sebagai alat proteksionisme perdagangan sudah sering dipergunakan oleh beberapa Presiden ...
Opini

Tarif 84 Persen, Dunia pun Tertawa

Di dunia politik internasional, ada momen-momen bersejarah yang membuat kita tertawa, seraya bertanya: "Ini nyata atau cuma episode tambahan dari acara komedi situasi?" Dan saat ini, ...