Profil
Oleh Emka Abdullah pada hari Minggu, 01 Feb 2015 - 14:37:23 WIB
Bagikan Berita ini :

Taufiqulhadi: Dari Medan Perang ke Medan Politik

99Taufiqulhadi-Nasdem.jpg
Taufiqulhadi, anggota Fraksi Partai Nasdem DPR (Sumber foto : Dok/TeropongSenayan)
Teropong Juga:

Taufiqulhadi (1)

Kampusku, Dapilku

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Sejak 1 Oktober 2014, Taufiqulhadi menjalani fase kehidupan baru. Taufiq, demikian ia biasa disapa, telah dilantik menjadi anggota DPR RI dari Partai Nasdem.

Taufiq adalah putra kelahiran Aceh, 50 tahun lalu. Selepas dari SMA di Banda Aceh, tahun 1981 Taufiq besar, berkembang, serta mematangkan diri di Jawa Timur. Taufiq kuliah di Universitas Negeri Jember (Unej) Jawa Timur. Di Unej, Taufiq memilih Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Jurusan Hubungan Internasional.

Di Jember, Taufiq tidak hanya mendalami ilmu hubungan internasional di kampusnya. Ia juga mulai berkenalan dan aktif di sejumlah organisasi baik intra maupun ekstra kampus. Pada semester 5, Taufiq terpilih sebagai anggota Badan Perwakilan Mahasiwa (BPM) FISIP UNEJ. Tak lama kemudian, ia dipercaya menjadi Ketua BPM. BPM adalah DPR-nya mahasiswa di tingkat fakultas, pasca pemberlakuan NKK-BKK pada tahun 1978. Sementara eksekutif mahasiswa disebut Senat Mahasiswa. Tidak ada organisasi serupa di tingkat universitas ketika itu.

Sebenarnya jauh sebelum itu struktur organisasi mahasiswa seperti di tingkat universitas dikenal dengan nama Dewan Mahasiswa (Dema). Tapi Dema kemudian dihapus dengan diberlakukan NKK-BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus-Badan-Badan Koordinasi Kemahasiswaan) pada tahun 1978, tatkala Prof. Daoed Joesoef menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Meskipun organisasi intra universitas diberangus, organisasi ekstra tumbuh dengan subur. Selain itu muncul pula berbagai bentuk kegiatan mahasiswa lain seperti kelompok studi, dan kelompok kajian Islam mahasiswa yang berpusat di masjid kampus. Di situ pula Taufiq banyak terlibat.

Untuk organisasi ekstra universitas, Taufiq memilih aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Di HMI, Taufiq mulai bergabung dan menjadi ketua di Komisariat Fisip pada tahun 1985. Setahun kemudian, ia terpilih menjadi Ketua Umum HMI Cabang Jember. Karirnya di HMI terus menanjak naik seiring dengan kematangan dan kedewasaan Taufiq dalam berorganisasi. Pada tahun 1989, Taufiq masuk Pengurus Besar (PB) HMI. "Jadi dapat saya katakan yang pertama melatih saya menjadi aktivis adalah HMI," ujar Taufiq saat berbincang dengan TeropongSenayan, Jumat (30/1/2015).

Kini, kematangan Taufiq sebagai aktivis dilanjutkan di Partai Nasdem dengan menjadi anggota Dewan Pakar. Bekal perjuangan politik Taufiq untuk berkiprah di Partai Nasdem juga dibawa dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Ia sempat dipercaya menjadi wakil Sekretaris Jenderal DPP PP di bawah kepemimpinan Suryadharma Ali periode pertama. Berhenti dari PPP, Taufiq kemudian bergabung dengan Partai Nasdem. Bagi Taufiq, Nasdem bukanlah lingkungan yang asing karena sang ketua umum Surya Paloh pernah menjadi bos-nya saat Taufiq bekerja sebagai wartawan di suratkabar nasional Media Indonesia.

Di koran itu, Taufiq berkarier selama hampir 20 tahun. Pada tahun 2009, Taufiq berhenti sebagai wartawan Media Indonesia karena menjadi caleg DPR RI PPP. Saat bekerja di Media Indonesia, Taufiq dikenal oleh teman-teman sesama wartawan sebagai 'wartawan perang'. Sebutan itu tentu saja tidak berlebihan karena Taufiq merupakan salah satu wartawan diplomatik, dan kemudian menjadi wartawan perang.

Dalam tugasnya sebagai wartawan perang, Taufiq meliput hampir semua perang dalam dekade 90-an. Dimulai perang saudara di Kamboja, Perang Teluk, dan Perang Bosnia 1994. Taufiq juga pernah menetap di Jerusalem selama 6 bulan untuk mengamati konflik panjang Palestina-Isreal.

Pengalaman sebagai wartawan perang, Taufiq telah menulis dua buku tentang konflik yaitu buku "Menerobos Sarajevo, Kesaksian Pembersihan Etnis di Bosnia." Buku keduanya adalah "Misteri Satu Kota Tiga Tuhan, deskripsi Jurnalistik di Jerusalem." Kedua buku tersebut ditulis dari hasil pengamatan langsung situasi di wilayah tersebut tentang rakyat dan konfliknya.

Berhenti dari dunia pers, Taufiq juga memanfaatkan kesempatan untuk memperdalam ilmu politik di Universitas Indonesia (UI) Depok. Saat ini Taufiq sedang mengadakan penelitian untuk disertasi. Bersamaan dengan kegiatan kuliah itu, Taufiq juga mengampu mata kuliah Politik Timur Tengah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai dosen luar biasa.

Sebagai dosen dan mahasiswa doktoral, ditambah lagi sebagai 'pensiunan' wartawan, Taufiq mengaku tidak memiliki dana saat menjadi caleg DPR RI di Dapil Jawa Timur IV (yang meliputi Jember dan Lumajang). Tetapi Ketua umum Partai Nasdem Surya Paloh meyakinkan Taufiq agar tidak menyerah hanya akibat ketiadaan dana. Surya Paloh juga berjanji untuk membantu kadernya yang juga mantan karyawannya.

Selama masa sosialisasi caleg dan masa kampanye Pemilu 2014, Taufiq bekerja keras di daerah pemilihannya. Hampir semua daerah di Jember dan Lumajang, didatangi. Dengan semangat silaturahim, Taufiq mengenalkan visi-misinya sebagai caleg kepada calon konstituen. Taufiq merasa bersyukur karena pengalamannya sebagai mahasiswa di Jember, dan keterlibatannya dalam organisasi intra maupun ekstra kampus mempermudah dirinya diterima masyarakat. "Alhamdulillah saya bisa masuk ke berbagai lapisan masyarakat di dapil ini," papar Taufiq.

Taufiq memilih Dapil IV Jatim karena ia merasa memiliki 'chemestry' dengan tanah dan masyarakat di Jember dan Lumajang. Maksudnya, "Saya justru mengenal Indonesia dari Jember itu. Karena saya terpilih nyaris tanpa modal sendiri, maka tentu saja saya tidak punya konsep ingin balik modal karena tidak ada modal yang saya keluarkan," ungkapnya.

Taufiq justru merasa berutang kepada partai dan konstituen yang telah memilihnya. Karena itu setelah terpilih jadi wakil rakyat di Senayan, Taufiq berjanji untuk menjaga nama baik partai dengan bekerja sebaik-baiknya. Ia juga bertekad 'membayar' utang kepada konstituen yang telah memilihnya dengan memperjuangkan aspirasi mereka di parlemen.

Oleh Fraksinya di DPR, Taufiq ditugaskan untuk menjadi anggota Komisi X. Taufiq menganggap Komisi X cukup penting dalam pembangunan karena bertanggung jawab mendampingi eksekutif dalam bidang pendidikan. Komisi ini juga bertanggung jawab terhadap generasi bangsa ini yang lebih baik. "Mohon doa dan dukungan semoga saya dapat memberi sumbangan yang baik kepada masyarakat Jember dan Lumajang yang telah memilih saya," pinta taufiq di akhir wawancara. (b)

tag: #Taufiqulhadi nasdem dari medan perang  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Profil Lainnya
Profil

Nata Irawan, Anak Pasar yang Pernah Jadi Pj. Gubernur

Oleh Aris Eko
pada hari Jumat, 15 Sep 2023
TEROPONG SENAYAN-- Lahir dari orang tua asal pelosok desa di Lampung dan lekat dengan kehidupan keras di pasar di Jakarta bukan menjadi halangan bagi remaja Nata Irawan meniti karir dan kehidupan. ...
Profil

Forum FIP-JIP dan Peta Jalan Pendidikan 318

Pada 9-11 November 2021, Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ menjadi tuan rumah penyelenggaraan pertemuan Forum Fakultas Ilmu Pendidikan dan Jurusan Ilmu Pendidikan (FIP-JIP) dari seluruh Lembaga Pendidikan ...