Kematian Pak Golkar yang diduga melakukan bunuh diri karena, mungkin, malu darahnya tercemar virus mirip e-KTP dan mirip saham Freeport, membuat semua warga kampung Senayan mendatangi RSU Kanker Politik (RSUKP). Mereka minta tes darah untuk memastikan apakah virus yang mencemari Pak Golkar, juga mencemari mereka.
Di kursi ruang tunggu RSUKP tampak duduk Pak Ban Teng persis di sebelah Bung Hanura, di sebelahnya lagi ada Pak PPP. Di depan Pak Ban Teng ada Pak Demok Rat (alias Pak Demok) dan Pak PKB. Di deretan kursi berikutnya ada Pak PKS dan Pak Gerindra; di sebelahnya ada Pak PBB dan Pak PAN. Pak Nasdem berdiri sambil jalan mondar-mandir di antara teman sejawat.
Sambil menunggu panggilan perawat untuk pengambilan sampel darah, para pasien bercengkerama satu sama lain. Topik obrolan terfokus pada penyebaran virus e-KTP yang diberitakan telah menulari tubuh mereka semua.
Hanya Pak Nasdem yang tidak ketularan virus e-KTP karena sewaktu wabah itu terjadi, mereka belum masuk ke kampung Senayan.
Pak Ban Teng menyapa Bung Hanura dan mengatakan, “Saya agak cemas juga ini Bung Han. Soalnya, empat anak kesayangan saya dikatakan terkena virus e-KTP.
“Saya khawatir virus e-KTP sudah banyak di dalam darah saya,” kata Pak Ban Teng.
“Tenang saja, Pak,” jawab Bung Han. “Kalau semua kita nanti dinyatakan tertular virus e-KTP, pasti rakyat Indonesia tidak bisa bilang apa-apa. Mereka akan ikut kita juga, Pak. Tidak usah takut Pak, di TPS rakyat akan coblos kita juga…”
“Betul kata Bung Han itu,” ujar Pak Demok. “Paling-paling nanti ribut sebentar, setelah itu rakyat lupa dengan virus itu,” lanjut Pak Demok lagi.
Pak Ban Teng menyela. “Iya. Tapi kan kami ini dipandang khalayak tidak punya penyakit, Pak. Terus, kami katakan bahwa diri kami kebal terhadap virus korupsi dan kami akan membasi virus korupsi itu. Eh, sekarang kami diduga tertular virus e-KTP.”
Bung Han dan Pak Demok terdiam sejenak. Pak Ban Teng melanjutkan, “Betapa malunya saya kalau sempat nanti hasil tes darah menunjukkan tingkat pencemaran yang tinggi dan bisa berakibat fatal.”
Pak Ban Teng mengatakan, badannya terasa meriang, agak panas. Tambahan lagi sejak berita penyeberan virus e-KTP itu, beliau tidak bisa tidur nyenyak.
Pak Demok berusaha menenangkan Pak Ban Teng. Kata Pak Demok, “Semasa saya berkuasa dulu, darah saya juga tercemar virus Hambalang dan virus Century, Pak. Tapi, alhamdulillah, pelan-pelan kedua virus itu bisa dinonaktifkan.”
Pak Demok juga menceritakan kepada Pak Ban Teng, Bung Han, dan beberapa teman yang duduk berdekatan, bahwa belakangan ini virus Hambalang dan virus Century menunjukka gejala mau aktif lagi. “Mungkin disebabkan darah saya sudah mulai lemah,” kata Pak Demok dengan raut wajah serius.
Pak Demok memberikan tip untuk mengatasi dampak buruk virus korupsi. Pak Demok mengatakan, dia mengatur strategi untuk mengorbankan organ-organ tubuhnya yang terkena virus. Menurut Pak Demok, organ-orang tubuh yang bermasalah, langsung saja diamputasi. Pak Demok membuang Nazaruddin, Anas Urbaningrum, Soetan Bathoegana, Jero Wacik, dll.
Tiba-tiba terdengar suara perawat memanggil nomor antrian Pak Ban Teng. Beliau masuk ke ruang pengambilan sampel darah. Disusul rekan-rekannya yang lain sesuai urutan nomor antri.
Sekitar pukul 17.00, tim dokter ahli pencemaran darah politik siap dengan hasil pemeriksaan semua pasien warga Senayan itu. Tim yang terdiri dari para pakar hematologi politik, onkologi politik dan money politic itu siap membacakan langsung hasil tes darah di depan para terperiksa.
Semua pakar berkumpul di ruang analisis darah, dihadiri oleh Direktur RSUKP. Dalam pengantarnya, Direktur RSUKP mengatakan kepada pasien warga Senayan itu bahwa mereka telah melakukan uji laboratorium sesuai standar internasional.
Yang pertama diumumkan hasil tes darah Pak Ban Teng. “Cukup tinggi tingkat pencemaran virus e-KTP di dalam darah Bapak,” kata jurubicara tim dokter. “Hampir 40 persen darah terkena virus e-KTP. Alhamdulillah, belum terlihat virus Freeport.”
Delapan pasien lainnya dinyatakan juga tertular virus e-KTP tetapi tidak setinggi penularan yang dialami oleh Pak Golkar dan Pak Ban Teng.
Virus e-KTP diperkirakan merebak melalui persentuhan dengan virus Narogong yang sudah lama mewabah di Senayan tetapi dibiarkan tanpa tindakan apa-apa karena para mantri Senayan mengatakan virus Narogong membawa banyak khasiat.
Virus Narogong kabarnya juga terdeteksi di kawasan Trunojoyo, di sekitar Mabes Polri, tetapi warga di situ cepat tanggap terhadap peringatan para petugas kesehatan agar segera menangkal virus Narogong.
Warga Trunojoyo sebetulnya ingin seperti warga Senayan yang bisa mendapatkan khasiat luar biasa dari virus e-KTP. Dalam bahasa Latin, khasiat itu disebut “fulusia-duit-e-mana”.(*)
(Artikel ini adalah opini pribadi penulis, tanpa ada kaitannya dengan BBC)
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #