JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Jika diajukan beda antara munas Bali dengan munas Ancol, Prof Muladi, Ketua Mahkamah Partai Golkar (MPG) punya pandangan menarik. Baik dari aspek legitimasi maupun demokratis atau tidaknya.
"Munas Bali lebih legitimasi dan memenuhi AD/ART sedangkan Munas Ancol miskin legitimasi," kata Muladi kepada awak media di kediamannya, Jalan Kerinci VIII No. 24 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (04/03/2015).
Meski miskin legitimasi, menurut Muladi, munas Ancol banyak pihak yang menilai lebih demokratis. Sebaliknya munas Bali kurang demokratis lantaran proses penentuan ketua umum diakukan secara aklamasi.
"Masing-masing mengklaim sebagai yang sah dan yang lain tidak sah," katanya.
Bagi partai Golkar yang sejak awal memang heterogen, menurut Muladi, munculnya berbagai pandangan sebagai hal yang lumrah. Apalagi pertarungan ide juga sudah menjadi budaya yang berkembang di dalam tubuh partai berlambang beringin ini.
Seperti diketahui munas IX berlangsung di Bali pada 30 Nov sampai 3 Des 2015. Munas yang memilih Aburizal Bakrie sebagai Ketua Umum Partai Golkar ini merupakan amanat Rakernas di Yogyakarta. Agung Laksono dan Priyo Budi Santoso hadir saat diYogyakarta ini.
Sedang Munas Ancol yang berlangsung 6 Desember 2015 memilih Agung Laksono sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Agung Laksono dan beberapa politisi Golkar yang melaksanakan munas di Ancol karena merasa kecewa atas munas Bali. Priyo ditolak masuk arena saat berlangsung munas Bali.(ris)