JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Kementerian Koperasi dan UKM terus mendorong masyarakat untuk berwirausaha dan memanfaat dana Wirausaha Pemula (WP). Untuk mendapat dana WP tersebut, para calon wirausaha pemula wajib mengirimkan e-proposal bisnis kewww.pembiayaan.depkop.go.iddengan jumlah modal usaha paling besar diberikan Rp35 juta.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi dan UKM Prakoso BS mendorong para wirausaha atau pelaku KUKM yang masih membutuhkan tambahan modal untuk mengakses pembiayaan dari Kredit Usaha Rakyat (KUR). Bunga KUR sangat murah, yakni 9 % per tahun. Dana tersebut dapat diakses di sejumlah bank penyalur yang ditunjuk pemerintah, seperti BRI, BNI, dan Bank Mandiri.
Selain KUR, lanjut Prakoso, Kementerian Koperasi dan UKM melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) juga menyiapkan pembiayaan dengan tingkat bunga juga sangat ringan yakni sebesar 4,5-6 % per tahun.
Pemerintah, kata dia, berkomitmen terus meningkatkan jumlah wirausaha di Tanah Air. Untuk itu, Deputi SDM Kemenkop UKM sendiri telah melaksanakan program, di antaranya pengembangan kewirausahaan, peningkatan kualitas SDM KUMKM, pengembangan standarisasi dan sertifikasi SDM KUMKM, serta penguatan kapasitas pembina dan pendamping KUMKM.
Melalui kegiatan tersebut, kata Prakoso, telah terbukti mampu meningkatkan rasio wirausaha di Indonesia. Per akhir tahun 2016 rasio kewirausa telah mencapai 3,10 % dari sebelumnya 1,67 %. Ditargetkan hingga akhir tahun ini bisa mencapai 4 %. Hal itu diungkapkan dalam acara dalam acara Pameran Kerajinan Nusantara “KRIYANUSA” 2017 yang bertempat di Jakarta Convention Centre, Jakarta (29/9). Hadir pula sebagai pembicara adalah Lily Setiawati, seorang penerima dana WP yang sukses dengan usaha Batik Alamnya di Temanggung, Jawa Tengah.
‘’Ke depan, kami akan terus menggenjot sejumlah pelatihan kewirausahaan dengan mengandeng pelatih yang profesional dan para penerima program WP yang telah sukses. Misalnya, jika ada yang ingin belajar membatik, saya akan minta Bu Lily sebagai instrukturnya,” pungkasnya.
Sementara itu, Lily menyatakan siap membantu pemerintah dalam hal ini Kementerian Koperasidan UKM. Dia menyatakan siap membantu melatih mayarakat yang ingin beruha batik, dari proses produksi hingga pemasarannya. Untuk pemasaran produk batik ini, kata Lily, perlu ditentukan terlebih dahulu pasar yang akan disasar. ‘’Misalnya mau yang captive market atau mau menciptakan pasar sendiri melalui media sosial atau internet, dan pameran-pameran baik di dalam maupun di luar negeri,’’ tuturnya.
Lily sendiri adalah salah satu penerima dana WP pada tahun 2015 yang kini telah sukses dengan usaha Batik Alam-nya. Sebelum mendapat WP dan pelatihan dari Kemenkop dan UKM, omzetnya baru sekitar Rp1,5 juta perbulan. Kini, telah berkembang menjadi Rp10 juta per bulan. (b)