JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Ketua Umum PPP hasil muktamar Surabaya Romahurmuziy (Romi) menawarkan posisi wakil ketua umum (Waketum) kepada Djan Faridz jika berniat islah. Namun, mantan Menteri Perumahan Rakyat itu berang dengan tawaran tersebut, bahkan ia mempertanyakan keabsahan kubu Romi.
"Coba tanya beliau (Romi) bunyi keputusan Mahkamah Partai. Apa betul mahkamah menyatakan Muktamar Surabaya tidak sah? Tanya juga ke beliau putusan sela PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara) dan putusan akhir PTUN, apa betul menyatakan surat Menkumham mengenai pengesahan muktamar Surabaya dinyatakan batal dan tidak berlaku?," kata Djan Faridz saat dihubungi TeropongSenayan, Sabtu (14/3/2015).
Djan mengungkapkan, Romi tidak punya kapasitas untuk memberikan tawaran kepada dirinya sebagai Waketum. "Apa beliau (Romi) masih boleh mengatasnamakan diri beliau sebagai ketua PPP? Termasuk menawarkan orang lain untuk duduk sebagai pengurus PPP?," ketusnya.
Diketahui, Menkum HAM Yasonna Laoly pada tanggal 21 Oktober 2014 atau sehari setelah dilantik jadi menteri mengesahkan kepengurusan PPP kubu Romahurmuziy lewat Keputusan Menkum HAM RI Nomor M.HH-77.AH.11.01 Tahun 2014.
Lantas mantan Ketua Umum PPP Suryadharma Ali melalui pengacaranya Humphrey Djemat, Rabu (29/10/2014) mengajukan gugatan terhadap Menkum HAM Yasonna Laoly, melalui PTUN Jakarta, dalam Register Perkara No. 217/G/2014/PTUN-JKT.
Majelis Hakim PTUN, Rabu (25/2/2015) memutuskan menerima gugatan yang diajukan Suryadharma Ali terkait pengesahan Kemenkumham terhadap kepengurusan PPP kubu Romahurmuziy. Surat Keputusan Kemenkumham yang diperoleh pihak Romi dianggap batal.(yn)