JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Pengamat Politik dari Monash Institute, Muhammad Nasih mengatakan, saat ini publik sedang menunggu langkah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam menyikapi kesaksian terdakwa Setya Novanto perihal dugaan adanya aliran uang hasil megakorupsi e-KTP kepada dua politisi PDI-P, Puan Maharani dan Pramono Anung.
"Jangan membuat publik menduga-duga negatif kepada KPK. Tunjukkan sebagai lembaga yang benar-benar independen, yang hanya berpihak kepada kebenaran untuk sungguh-sungguh memberantas korupsi," kata Nasih saat dihubungi TeropongSenayan di Jakarta, Sabtu (24/3/2018)
Sebab, lanjut dia, selama ini tak bisa dipungkiri sepak terjang KPK dalam memberantas korupsi terkesan tebang pilih atau bahkan sengaja memilih untuk ditebang.
"Karena itu, KPK harus membuktikan bahwa kini KPK telah berubah. Agar kepercayaan publik tidak semakin luntur," katanya.
Menurut Nasih, nyanyian Setya Novanto kali ini benar-benar menjadi ujian bagi independensi Komisi Antirasuah, apakah lembaga yang dipimpin Agus Raharjo cs punya cukup nyali untuk menyentuh orang-orang di lingkaran kekuasaan.
"Jika KPK tidak berani terhadap (orang-orang) yang sedang berada di dalam lingkaran inti kekuasaan, itu namanya tebang pilih. Dan jika mencari-cari kesalahan orang, itu bisa menyebabkan image sengaja memilih untuk ditebang. KPK harus berani tegas," ucap Nasih.
Selain itu, Nasih juga mengingatkan, implikasi serius yang harus diterima KPK apabila tidak berani mengusut Puan dan Pramono. Yakni, tafsir-tafsir liar di publik mustahil bisa dihindari.
"Opini publik akan terbentuk makin kuat bahwa KPK tidak independen," pungkasnya. (Alf)