JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Serangan Komisi Yudisial (KY) agar Ketua Majelis Hakim PTUN Teguh Satya Bhakti mundur dari jabatan terkait penyelesaian konflik Partai Golkar
menimbulkan reaksi keras. Karena itu dianggap sebagai intervensi guna memenangkan pihak tertentu.
Menurut Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) DPR Firman Subagyo, pernyataan Imam Anshori Saleh selaku anggota Komisi Yudisial (KY) yang minta Teguh Satya Bhakti mengundurkan diri menunjukkan sebagai pejabat negara yang tidak memiliki jiwa kenegarawanan. "Tugas KY adalah mengawasi perilaku hakim. Pantengin saja hakim-hakim itu waktu bersidang dan amati gerak-geriknya," katanya kepada TeropongSenayan melalui layanan pendek (SMS) di Jakarta, Selasa (21/4/2015).
Lebih jauh mantan Ketua Komisi IV DPR ini menambahkan kalau Yusril Ihza Mahendra pernah menjadi ahli dan kebetulan Teguh menang, maka itu tidak serta merta Yusril minta dimenangkan dalam kapasitasnya sebagai pengacara PG. "Kalau memang Bang Yusril harus menang dalam setiap sidang, Bang Yusril kalah juga di MK. Sedangkan Ketua Majelisnya Hamdan Zoelva (waktu di PBB merupakan anak buah Yusril)," terang dia lagi.
Makanya Firman yakin para hakim dan pengacara masih banyak yang berintegitas dan jangan disepelekan. "Pak Iman Anshori Saleh sebelum jadi anggota KY dari partai to? Partai apa dan kemana kiblat partai itu, kita semua juga sudah tahu," tuturnya.
Saat didesak apakah ini merupakan intevensi penguasa, Firman tidak membantahnya. "Kalau bukan penguasa, lalu siapa lagi dan mana berani," tandasnya.
Dia menduga desakan Iman Anshori Saleh tersebut ada nuansa politik tertentu. "Mungkin saja ada deal-deal, bisa saja dia mau jadi Ketua KY ke depan. Kalau begini, sistem menjadi rusak dan penegakkan hukum hancur-hancuran," imbuhnya. (ec)