Berita
Oleh Mandra Pradipta pada hari Rabu, 19 Sep 2018 - 10:00:50 WIB
Bagikan Berita ini :

Proyek Strategis Disetop, DPR: Pemerintah Bekerja Tanpa Perencanaan Matang

81Sodik-Mudjahid2.jpg.jpg
Sodik Mudjahid (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)--Anggota DPR dari Fraksi Partai Gerindra Sodik Mudjahid mengatakan, kondisi pemerintah saat ini bagai makan 'buah simalakama'.

Hal ini diutarakan Sodik menyusul pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution yang menyatakan, pemerintah akan menunda sejumlah proyek strategis nasional (PSN).

"Ini karena pemerintah bekerja tanpa perencanaan yang matang," kata Sodik kepada TeropongSenayan di Jakarta, Rabu (19/9/2018).

Lebih jauh Sodik mengungkapkan, seharusnya Pemerintah melakukan strategi jangka panjang guna mengatasi segala persoalan ekonomi yang dihadapi bangsa ini.

"Maka yang terjadi ya seperti sekarang ini ekonomi Indonesia," tukasnya.

Pemerintah menunda sejumlah proyek strategis nasional (PSN) guna mengurangi defisit neraca transaksi berjalan agar pengeluaran negara tetap stabil.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution ketika ditemui usai rapat koordinasi di kantornya, Jakarta, Kamis (13/9/2018), mengatakan diskusi mengenai penundaan PSN dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal, di antaranya memperhatikan urgensi dari proyek tersebut. Apabila hasil kajian menyebutkan bahwa suatu proyek mendesak untuk diwujudkan, maka proyek tersebut akan tetap dijalankan.

Darmin mencontohkan, proyek pembangkit listrik di Jawa tidak mendesak untuk diwujudkan karena tersedia banyak cadangan, sehingga proyek semacam itu tidak perlu buru-buru diinisiasi.

"Harus dilihat sampai kapan ditundanya, supaya jangan nanti pada saatnya kalang kabut lagi cari investor," ujar Darmin.

Kebijakan pemerintah untuk menunda sejumlah proyek yang termasuk dalam PSN dilakukan untuk mengurangi impor bahan baku dan barang modal yang terkait pembangunan proyek.

Pada semester I-2018, defisit neraca transaksi berjalan lndonesia mencapai 13,5 miliar dolar AS atau 2,6 persen terhadap PDB.

Pertumbuhan impor yang mencapai 24,5 persen hingga Juli 2018 (year-to-date/ytd) atau lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekspor 11,4 persen pada periode yang sama menjadi salah satu penyebab defisit transaksi berjalan.(yn)

tag: #proyek-infrastruktur  #rupiah  #dolar  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement