Opini
Oleh Nasrudin Joha pada hari Jumat, 17 Mei 2019 - 06:56:34 WIB
Bagikan Berita ini :

Sejak Kapan HMI Berkhidmat Kepada Rezim? Bukankah HMI Itu Pejuang Rakyat?

tscom_news_photo_1558050994.jpg
Ilustrasi Ketua Umum PB HMI kubu Respiratori Saddam Al-Jihad. (Sumber foto : Ist)

Ditengah absennya gerakan mahasiswa dalam membela rakyat, ditengah mandulnya BEM mahasiswa digantikan BEM emak-emak, HMI justru muncul menggaungkan narasi mencurigai rakyat. HMI turut "mempersoalkan" people power, dengan menyebut kental nuansa politik, dan meminta menghentikan kegaduhan people power.

Lantas, Kemana suara HMI atas kematian 500 lebih anggota KPPS ? Apa kontribusi HMI untuk membela rakyat yang dicurangi ? Apakah HMI tidak melihat, kecurangan tampak brutal diujung hidungnya ? Apakah HMI "telah masuk angin" dan butuh "dikerokin" rakyat ?

Anda tidak bicara untuk rakyat saja, itu sudah keterlaluan. Begitu Anda bicara dan turut "mendeskreditkan" perjuangan rakyat, berarti Anda telah mengambil jarak dengan rakyat. Dua kali keterlaluan.

HMI itu himpunan mahasiswa Islam, yang bergerak, berjuang untuk melindungi umat Islam. Lantas, mana suara HMI saat ulama umat ini dikriminalisasi ? Apakah HMI selalu sibuk dengan agenda kongres ke kongres, setelah itu sibuk berpetualang mencari patron politik ?

Mana singa-singa HMI ? Mana cucu-cucu Lavran Pane ? Apakah singa itu telah berubah menjadi kucing hanya karena umpan "ikan asin" yang disediakan oleh rezim zalim ?

Sesak dada kami, dada rakyat, dada umat ini melihat generasi pemuda telah luntur sebelum dicuci. Kami dahulu, terbiasa disikat, dicuci, dijemur berhari-hari, tapi idealisme kami tak pernah luntur.

Kami dahulu tak pernah mengendur, kadang kala kami berlari, kami berjalan, kami terseok, tapi kami tak pernah diam dari menentang kezaliman. Kami terbiasa dengan kesulitan hidup, bahkan telah mampu berdamai dan bersahabat dengannya

Sekarang ? Apa racun dunia itu juga telah masuk ke sumsum pergerakan mahasiswa ? Sehingga lidah mahasiswa kelu mengkritik istana ? Bahkan, sejak kapan gerakan mahasiswa berubah menjadi banci yang menjadi salon-salon istana ?

Wahai gerakan mahasiswa, kembalilah kepada umat. Kalian lahir, dibesarkan dari rahim umat, dan hidup untuk mengabdi kepada umat.

Segeralah menjauh dari istana tiran, menanggalkan bedak-bedak politik untuk memoles citra istana. Kalian adalah ksatria yang menentang kezaliman penguasa, bukan gerakan banci yang sibuk memoles bedak citra untuk istana.

Ingat ! Jangan sampai kalian terlambat kembali kepada umat, sementara umat telah merelakan kalian bukan lagi bagian dari umat. Ingat ! Legacy perjuangan itu akan abadi, dan Legacy pengkhianatan juga abadi. Pilihannya tinggal dua : kalian ingin dikenang abadi sebagai pejuang atau justru abadi sebagai pengkhianat. (*)

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #hmi  #kahmi  #pemilu-2019  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Blockchain Untuk Koperasi Indonesia

Oleh Radhar Tribaskoro (Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia)
pada hari Selasa, 05 Nov 2024
Sejak kemerdekaan, koperasi di Indonesia berkembang sebagai simbol ekonomi rakyat yang berbasis gotong royong, berperan penting dalam upaya mewujudkan kedaulatan ekonomi. Pada masa awal, koperasi ...
Opini

Mentalitas Kasino

Dalam dunia yang penuh dengan mimpi-mimpi besar, mungkin ada di antara kita yang membayangkan Indonesia sebagai Tanah Air yang tenteram, adil, dan sejahtera. Tapi tunggu dulu. Ternyata, harapan itu ...