Opini
Oleh Dedy Dewa Wahyudi pada hari Senin, 16 Sep 2019 - 23:59:00 WIB
Bagikan Berita ini :

Fahri Hamzah 'Makanan' Intelijen

tscom_news_photo_1568646755.jpg
Fahri Hamzah (Sumber foto : Ist)

Menjadi sosok yang memiliki karakter pembeda serta oposan seperti Fahri Hamzah sudah pasti menarik perhatian sejumlah pihak

Ibarat magnet, karakter seperti Fahri Hamzah yang berani bicara apa adanya serta biasa berdiri dalam posisi pembeda, sudah barang tentu menarik untuk ditindaklanjuti

Sofjan Lubis pengamat intelijen dalam sebuah acara diskusi dipasar minggu, memberi sedikit gambaran, bahwa menjadi satu sosok yang berkarakter seperti Fahri Hamzah tentu bukan hal yang mudah, satu sisi harus siap menjadi magnet perhatian, disisi yang lain harus pula siap diikuti dan diawasi untuk dicari titik lemahnya

Karakter penuh magnet, menarik sejumlah pihak termasuk bagian dari kekuatan intelijen untuk dicari celah membungkamnya atau mengkerdilkan kemampuan daya jelajah pemikirannya

Fahri Hamzah dalam waktu singkat sudah mampu menjadi penggerak istilah ngopi dan revolusi, ribuan anggota yang kini tergabung dalam F4RIVOICE menjadi pioneer untuk ditiru oleh acara-acara sejenis lainnya yang dilakukan oleh para calon pemimpin lainnya di negeri ini

Membungkam sosok yang memiliki karakter pembeda dan oposan seperti Fahri Hamzah adalah dengan cara memisahkan dari kekuatan besar nya, dalam sebuah kajian strategik karakter seperti Fahri Hamzah akan menjadi berbahaya ketika berada dalam sebuah gerbong gerakan perubahan

Karena kemampuannya menarik layaknya magnet, serta kemampuannya dalam menghimpun gerakan revolusi perubahan

Bagi pemilik kekuasaan, sosok karakter seperti Fahri Hamzah adalah prioritas utama untuk dicari cara pembungkaman atau minimal diamputasi kemampuan daya jelajahnya

Dengan diamputasi kemampuan jelajahnya, maka daya influencer (kemampuan mempengaruhi) yang dimiliki olehnya akan berkurang

Menurut Sofjan Lubis karakter seperti Fahri Hamzah tentu harus dipisahkan dan dikeluarkan dari sumber kekuatannya agar potensi daya ledaknya tidak membahayakan

Intelijen memiliki kemampuan serta perhitungan terukur, bagaimana caranya "memperhitungkan" satu sosok karakter Fahri Hamzah

Opsi memisahkan serta mengeluarkannya dari potensi kekuatan basis aslinya bisa menjadi solusi jitu

Berharap kedepannya, daya jelajah serta influencer (kemampuan mempengaruhinya) teramputasi

Mengibaratkan, magnet yang memiliki potensi penggerak untuk meledak sudah barang tentu harus dijinakkan, apabila tidak mampu dijinakkan maka keluarkan dirinya dari basis kekuatannya

Dalam dunia intelijen, tidak ada istilah mantan intelijen, SOP intelijen adalah sampai akhir hayat dan dalam dunia intelijen tidak ada namanya intelijen oposan pemerintah, karena intelijen adalah aset negara sampai kapan pun

Sofjan Lubis memberitahukan, banyak sudah bagian intelijen didalam partai politik, sengaja ditanam dan di biarkan hidup untuk tumbuh demi agenda penggalangan dan sebagainya kedepannya

Sementara partai politik pun kini harus selaras dan sesuai kepentingan dari KPK (sebuah lembaga yang bergerak lebih banyak dalam dunia intelijen)

Bisa jadi sebuah penyelarasan agenda antar kepentingan intelijen antar lembaga tentang Fahri Hamzah

Pernyataan sosok pembeda dan berani seperti Fahri Hamzah ibarat pernyataan yang dinilai mendistorsi nama kelembagaan seperti KPK

Sementara secara tersirat, KPK saat ini adalah produk politik yang kehadirannya dibutuhkan sebagai kepanjangan tangan politik sejumlah pihak termasuk tangan kekuasaan yaitu intelijen

Pernyataan Fahri Hamzah yang dikuatirkan menjadi influencer (mempengaruhi) untuk lahirnya gerakan pembubaran lembaga produk dan kepentingan politik kekuasaan seperti KPK

Mengamputasi serta mengeluarkannya sosok Fahri Hamzah dari basis potensi kekuatannya bisa jadi opsi solusi paling jitu

Karena mendistorsi lembaga seperti KPK, tentu bisa jadi akan berbuah perlawanan (dari kekuatan di KPK) untuk mendistorsi balik basis kekuatan Fahri Hamzah yaitu partai politik nya

Sosok seperti Fahri Hamzah memang menjadi sosok pembeda, berani, penggerak hingga influencer

Pantas saja, dalam waktu singkat tanpa mesin politik partai yang ada, Fahri Hamzah masih mampu menjadi pioneer tumbuhnya acara-acara yang menampilkan pendekatan ide serta gagasan calon pemimpin negeri seperti acara ngopi bareng awal sebuah revolusi

Sosok karakter yang mampu menjadi magnet dan influencer

Sayang memang, kini harus diamputasi dan dikeluarkan dari basis politiknya sendiri (potensi kekuatannya)

Mungkin itu adalah realita dari resiko perjuangan, untuk menjadi sosok karakter pembeda, berani, oposan, serta influencer

Namun, minimal negeri ini telah mencatatkan, ada sosok berkarakter seperti Fahri Hamzah, yang mungkin lahir dan ada dalam satu kali sejarah peradaban negeri

Fahri Hamzah sosok karakter "makanan" intelijen

@bang_dw

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #fahri-hamzah  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Analisis Mendalam Berdasarkan Data BRIEF UPDATE BDS Alliance

Oleh Tim Teropong Senayan
pada hari Minggu, 22 Des 2024
EKONOMI 1. Pelemahan Rupiah dan IHSG Pelemahan Rupiah dan Arus Modal Keluar: Meskipun rupiah sempat menguat tipis pada Jumat lalu, secara mingguan mata uang ini mencatat pelemahan yang ...
Opini

Lukisan yang Jokowi Banget

Catatan Cak AT Ironi tragis kembali hadir di panggung seni Indonesia yang tak pernah absen dari sandiwara. Kali ini, kisahnya milik Yos Suprapto, seniman kawakan asal Surabaya, yang karyanya ...