JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Langkah BEM Seluruh Indonesia (BEM SI) yang rela makan malam dengan Jokowi dinilai sangat memalukan. Apalagi setelah pertemuan itu, BEM SI menyatakan tidak akan ada gerakan untuk menggulingkan Jokowi.
"Ajakan Istana disambut oleh mahasiswa dengan tidak ada rasa malu. Ajakan ini juga merupakan kebanggaan buat diri sendiri untuk mengorbankan teman-teman mahasiwa yang tidak setuju dengan ajakan ke Istana. Yang jelas, ajakan Jokowi untuk ke Istana, untuk makan malam bersama, dan foto foto bersama adalah lagi memainkan politik Belanda untuk mengaduh domba antara mahasiswa," kata Analis dari Centre For Budget Analysis (CBA), Uchok Sky Khadafi kepada TeropongSenayan, Kamis (21/5/2015).
Jadi, kata ia, mahasiswa yang ikut makan malam, dan foto foto bersama bukan moment politik gratis.
"Tidak ada makan malam gratis". Semuanya, mahasiswa harus membayar besoknya. Tentu bayaran dengan kompensasi tidak akan ada turun ke jalan, dan tidak ada demo-demo untuk melengserkan Jokowi.
"Dari kondisi di atas, mahasiswa kita sudah sangat memprihatinkan. Ini menandakan tidak ada lagi perjuangan untuk bela rakyat kecil. Ini juga memperlihat keberhasilan rezim Jokowi untuk mengaduh domba mahasiswa untuk mempertahankan jabatan presiden," ungkapnya.
Tapi walaupun begitu, kata Uchok tidak semua mahasiswa seperti itu. Masih punya harapan pada mahasiswa lainnya. Tentu yang tidak suka sama teman temannya mau datang atau mau diajak masuk ke Istana.
"Mahasiswa seperti harus membentuk wadah perjuangan di luar BEM. Dimana Soeharto bisa jatuh waktu itu, karena banyak mahasiswa tidak berkumpul dalam BEM, karena BEM sudah disandera oleh rektor, dan dikendalikan kementerian pendidikan," tandasnya. (iy)