JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Warga Indonesia masih dilarang masuk oleh Arab Saudi lantaran penanganan pandemi COVID-19 yang dinilai masih buruk. Akibatnya, belum ada jamaah asal RI yang dapat berangkat Umroh.
Negara lain yang senasib dengan Indonesia adalah Pakistan, Mesir, Turki, dan India. Namun, negara tetangga Indonesia, Malaysia, justru tidak termasuk negara yang dilarang oleh Arab Saudi.
Berbagai upaya diplomasi juga terus dilakukan pemerintah Indonesia. Mulai dari Menteri Kesehatan, Menteri Luar Negeri, Menteri Agama, hingga Duta Besar terus mengupayakan agar jemaah Indonesia bisa segera diterima.
Arab Saudi memang cukup ketat dalam membatasi datangnya para pelaku perjalanan dari luar negeri. Hal itu sebenarnya dapat dimengerti, sebab itulah mereka berupaya menjaga ketahanan kesehatan negaranya dari risiko lonjakan kasus COVID-19.
Konjen Jenderal KJRI Jeddah, Eko Hartono, menyebut situasi COVID-19 RI masih menjadi alasan utama Saudi menangguhkan penerbangan dari Indonesia. Penanganan corona di Indonesia dinilai masih belum baik.
Bila merujuk dari kasus konfirmasi harian kini, Indonesia telah jauh berada di bawah Malaysia yang mencapai belasan ribu beberapa hari terakhir.
Lantas, apa perbedaan penanganan COVID-19 Malaysia dan Indonesia dilihat dari data?
Selain kasus konfirmasi harian, ada indikator lain yang penting dalam penanganan pandemi, yakni 3 T (testing, tracing, treatment). Indonesia dinilai masih tertinggal dari Malaysia.
Beberapa waktu terakhir Indonesia dapat dikatakan telah berhasil keluar dari gelombang kedua corona. Per Jumat (1/10), kasus konfirmasi harian telah menyentuh 1.624 kasus. Angka kasus tersebut termasuk yang terendah di RI sepanjang 2021.
Pada waktu yang sama, Malaysia melaporkan kasus konfirmasi sebanyak 11.889 orang. Sementara kasus kematian mencapai 121 orang.
Akan tetapi, testing-tracing Indonesia kalah dengan Malaysia. Indonesia kini telah melakukan 39.393.856 tes atau 142.148 orang per 1 juta penduduk.
Sedangkan total testing yang sudah dilakukan Malaysia kini berjumlah 30.370.550 atau 923.584 orang per 1 juta penduduk. Jauh lebih tinggi dari Indonesia.
Artinya, jumlah testing di Malaysia melampaui Indonesia hingga 6,5 kali per 1 juta penduduk.
Masih mengutip data per 1 Oktober dari Worldometer, dari total 4 juta lebih kasus konfirmasi di RI, terdapat 142.026 orang yang meninggal. Persentasenya mencapai 3,36% yang termasuk yang tertinggi di dunia.
Sementara Malaysia telah mencatatkan 2.257.584 kasus konfirmasi dengan 26.456 orang meninggal. Persentase tingkat kematiannya mencapai 1,61%. Dengan kata lain, kasus kematian di Malaysia 2 kali lebih rendah dari Indonesia.