Tadi malam adalah pembukaan kongres partai Nasdem. Dengan alasan Gubernur Ibukota, Surya Paloh mengundang Anies. Tapi sebagai partai koalisi pemerintah, Surya Paloh malah mengolok Megawati dan Jokowi yang kebetulan tak diundang dalam pembukaan kongres partai. Surya Paloh boleh kecewa pemerintah menggandeng Prabowo. Tapi, nama Nasdem menjadi besar juga lantaran dukungan terhadap Jokowi.
Dengan mengundang Anies Baswedan, Surya Paloh berarti memasukkan anaconda ke dalam partainya. Anies adalah Gubernur hasil jualan ayat dan mayat. Anies kerap menyinggung SARA, kosakata pribumi dan komunis dalam pidatonya. Surya Paloh melakukan blunder besar gol bunuh diri kalau berpikir akan mengusung Anies.
Pendukung Jokowi yang mendukung Nasdem jelas akan kecewa dengan pilihan Anies. Apalagi kini Nasdem dibawa Surya Paloh merangkul PKS. Mungkin sebagai balasan PDIP dan Pemerintah merangkul Gerindra. Tapi, jelas jauh berbeda karena Gerindra dimasukkan ke dalam. Sedang Nasdem yang sudah berada di dalam malah berjalan keluar. Padahal jatah 3 kementrian sudah dikantongi SP. Tinggal tunggu saja bagaimana perolehan Nasdem ke depannya.
Dalam pidato tadi malam, SP tak segan menghujat ketum parpol PDIP, Megawati. Seperti dilansir jpnn.com, Surya menyatakan hal itu saat berpidato pada pembukaan Kongres II Partai NasDem di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, Jumat (8/11). Di hadapan sekitar delapan ribu kader Partai NasDem, bos Media Group itu menyebut partai yang sok Pancasialis justru memiliki sifat memecah belah dan tak mau berangkulan ataupun bersalaman dengan teman sendiri.
"Semua penuh kecurigaan maka makin jauh dari nilai Pancasila. Mengaku Pancasila sebagai pegangan, way of life. Mengakunya partai nasionalis, Pancasilais, buktikan saja,” ujar Surya tanpa menyebut nama parpol yang jadi sasarannya.
Lebih lanjut Surya mengatakan, partai Pancasilais harus rendah hati dan mau merangkul semua pihak. Jika sebaliknya, katanya, maka partai yang mengaku Pancasilais itu sama saja menggadaikan nama Proklamator RI Bung Karno.
"Kalau Nasdem mau dikenal sebagai partai Pancasilais, rendah hati. Rangkul teman, salam teman. Tawarkan pikiran bersama teman. Jangan musuhi teman. Bisa menangis proklamator bangsa ini," ucapnya.
Surya juga mengingatkan para kader NasDem tidak menganggap parpol lain yang berseberangan sebagai musuh. “Enggak mau gandeng tangan itu bukan Indonesia sejati. Buang purbasangka pikiran. Kalau enggak mau bantu jangan hina lain," tandas Paloh.
Dari berita di atas kita bisa menduga kuat yang dimaksud tak mau gandeng tangan alias salaman adalah Megawati. Memang saat pelantikan presiden, Megawati terlihat menghindari SP yang menyodorkan tangan.
Sebelumnya dalam kongres PDIP di Bali, Megawati juga sempat menyindir partai Nasdem yang minta jatah banyak di kementrian. Saat ini, meski mendapat 3 jatah rupanya masih tak memuaskan SP. Santer terdengar isu Nasdem mengincar posisi kementrian ESDM dan Jaksa Agung. Lantaran tak diberi Jokowi, SP memilih menjadi oposisi.
Dengan demikian, olokan SP kepada Megawati yang tak pancasialis atau nasionalis jelas seolah menunjuk ke muka sendiri. Nasdem yang dikenal partai nasionalis bisa-bisanya merangkul PKS yang justru senang bermain SARA dan politik identitas. Apalagi mengusung Gubernur seiman yang doyan menghamburkan anggaran, Anies Baswedan.
Selain membabi buta menyerang Megawati, SP dalam pidatonya menghina Jokowi dan pemerintah yang tak bisa berpikir jauh ke depan. Seperti diberitakan tribunnews.com, Surya Paloh menyebut, manifesto Nasdem adalah bangga menjadi rakyat dan warga negara Indonesia.
"Itulah yang menjadi manifesto kita. NasDem partai pengusung pemerintah, kalau kemudian hanya memikirkan kepentingan koalisi yang ada di pemerintahan, ah salah itu," kata Surya Paloh.
Surya Paloh juga menegaskan, cara berpikir NasDem tidak sempit hanya memikirkan koalisi pemerintahan. Ia menyebut, NasDem tidak mau terjabak cara berpikir pendek-pendek seperti itu.
"Itu bukan itu cara berpikirnya NasDem. Mikir yang pendek-pendek. Orang Medan bilang pikir cetek-cetek," tutur Paloh yang disambut seru peserta kongres.
Ia pun mengatakan, NasDem berkomitmen dan memiliki harapan yang diamanatkan oleh proklamator bangsa Bung Karno dan Bung Hatta.
Sebelumnya Presiden Jokowi juga sempat menyoroti pertemuan Surya Paloh dan Sohibul Iman. Jokowi menyindir wajah SP yang terlihat sumringah setelah bertemu Sohibul Iman. Jokowi juga menyebut dirinya tak pernah dipeluk erat oleh SP seperti pelukannya pada pimpinan PKS itu.
Atas sindiran Jokowi, SP meradang dan menyebut kenapa cuma rangkulan saja dicurigai macam-macam, "mau jadi bangsa apa kita ini" kata SP menambahkan. Padahal kita semua tahu maksud Jokowi hanya bercanda saja. Semoga ke depan Jokowi cepat mendepak 3 menteri yang saat ini berasal dari Nasdem.
Apakah maksud SP dengan berpikir masa depan cemerlang dengan mengusung Aneis sebagai capres dan menjadikan PKS sebagai koalisi? Kalau iya akan menjadi bahan tertawaan seluruh Indonesia. Nasdem telah melakukan gol bunuh diri dengan mencabik nasionalisme partainya. Surya Paloh boleh percaya diri karena tebakannya mengusung Jokowi dan Ridwan Kamil berbuah kemenangan. Tapi, tak selamanya orang selalu mujur.
Seperti Amien Rais yang berkoar akan menjatuhkan Jokowi setelah sukses melengserkan Soeharto dan Gus Dur. Nyatanya Jokowi tak bisa dilengserkannya, malah terpilih kembali untuk 2 periode. Akankah sebutan gelandangan politik turun ke SP. Kita lihat perolehan suara Nasdem ke depannya.
Begitulah kura-kura. (*)
Nov 09, 2019
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #partai-nasdem #surya-paloh