JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Polri menyatakan penyelidikan terhadap aktivis Ravio Patra Asri (RPA) bukan bermaksud mencari-cari kesalahan orang. "Semua langkah penyidik untuk membuat jelas berdasarkan kejadian dan saksi, bukan karena mencari-cari (kesalahan)," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Raden Prabowo Argo Yuwono, Sabtu malam (25/4/2020).
Penyelidikan dilakukan untuk menindaklanjuti laporan masyarakat yang menerima pesan WhatsApp berisi ajakan berbuat ricuh.
"Penyidik (melakukan penyelidikan) berdasarkan laporan masyarakat yang resah. Tidak hanya di Jakarta, tapi di berbagai daerah juga mendapatkan kiriman pesan tersebut dan banyak lagi saksi yang dikirimkan pesan," katanya.
Jenderal bintang satu ini pun menegaskan penyelidikan kasus ini berjalan sesuai prosedur hukum yang berlaku.
Sebelumnya Polda Metro Jaya menangkap aktivis Ravio Patra Asri di Jalan Blora, Kelurahan Menteng, Jakarta Pusat, pada Rabu (22/4) malam. Penyidik menangkap Ravio Patra lantaran diduga menyebarkan pesan WhatsApp berisi hasutan dan ujaran kebencian.
Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan di Polda Metro Jaya, Ravio yang masih berstatus saksi, akhirnya dipulangkan.
Kendati demikian penyelidikan kasus ini masih terus berjalan. Hingga saat ini penyidik Polda Metro Jaya telah memeriksa empat saksi dan dua ahli dalam kasus ini.
Terkait indikasi pembajakan akun aplikasi pesan WhatsApp milik RPA yang diduga digunakan untuk menyebarkan pesan ujaran kebencian tersebut, Argo mengatakan penyidik masih mendalami dugaan tersebut.
"Untuk alibi akun WA (WhatsApp) RPA diretas ini sedang didalami. Karena ada beberapa keterangan yang memerlukan waktu seperti keterangan dari server WhatsApp, saksi ahli, analisis dan lain-lain," katanya.
Sebelumnya Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD mengajak masyarakat belajar dari kasus ini. "Tapi mari kita sama-sama belajar untuk masyarakat sipil, masyarakat supaya juga berhati-hati membuat pernyataan-pernyataan yang provokatif. Harus jujurlah, sekarang itu di tengah-tengah masyarakat banyak sekali berita-berita yang sangat provokatif, mengajak masyarakat untuk ribut, itu tidak bisa diingkari," ujar dia.
"Untuk Mas Ravio Patra dan kawan-kawan, dan kita semua ya hati-hati menjaga HP kita agar tidak diretas orang. Akun kita itu untuk dijaga sebaik-baiknya agar tidak mudah diretas, karena biasanya orang-orang yang brutal itu kalau ingin menyembunyikan diri, salah satunya dengan meretas punya orang," ucap Mahfud.
Menurut Mahfud MD, kasus penangkapan Ravio Patra setidaknya bisa menjadi pelajaran bagi polisi. Mahfud MD meminta kasus tersebut menjadi pelajaran bagi aparat kepolisian agar lebih menahan diri untuk tidak menangkap seseorang sampai ada bukti yang kuat.