JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Vietnam memiliki populasi sekitar 90 juta jiwa tapi mampu mengendalikan pergerakan penduduk dengan baik. Penularan Covid 19 berhasil dikendalikan. Per Sabtu (16 Mei 2020), hanya ada 318 kasus positif Corona dan tidak ada yang meninggal. Sedangkan yang sembuh
260 orang. Ini prestasi yang mengejutkan karena negara ini memiliki perbatasan langsung dengan China, asal muasal wabah virus Corona. Apa rahasia keberhasilan Vietnam?
Hal yang paling krusial adalah sikap pemerintah Vietnam yang mengakui kelemahan pada kurangnya fasilitas kesehatan. Karena itu, Vietnam tidak ingin pandemi meluas. Jika itu terjadi fasilitas kesehatan yang ada tidak bisa menampung pasien.
Dikutip dari Reuters, Sharon Kane, direktur Plan International, sebuah LSM bidang kesehatan masyarakat, menyebutkan bahwa Vietnam telah mengambil langkah cepat untuk mencegah wabah ini menyebar luas.
"Ada pelaporan yang jujur oleh Pemerintah Vietnam sejak awal Januari tentang terbatasnya sumber daya kesehatan yang tersedia jika epidemi ini terjadi, sehingga Vietnam dengan cepat berusaha menjaga wabah tetap terkendali," kata Kane.
Pemerintah Vietnam sejak awal juga tidak meremehkan virus baru ini. "Mereka tidak berpura-pura tenang dan menganggap penyakit ini hanya seperti flu. Mereka menjelaskan gejala penyakit ini pada masyarakat, kemudian mereka memberi tahu orang-orang tempat mereka bisa mendapat pengujian virus," kata Profesor Toole.
Vietnam langsung mengadakan pengujian, penelusuran kontak, dan sosialisasi kepada masyarakat.
"Mereka paham bahwa ini adalah sesuatu yang sangat serius, virus ini dapat menginfeksi semua orang," kata Dr Le Thu.
Ketika ditemukan kasus pertama pada 22 Januari 2020, Vietnam langsung membentuk gugus tugas.
"Penilaian risiko pertama dilakukan pada awal Januari, segera setelah kasus di China mulai dilaporkan," kata perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Vietnam, Kidong Park.
Pada 1 Februari, maskapai penerbangan Vietnam Airlines menghentikan semua penerbangan dar China, Hong Kong dan Taiwan. Perbatasan ditutup setelah pengumuman itu, dilanjutkan penutupan semua penerbangan internasional pada 21 Maret.
Mereka yang kembali ke Vietnam harus menjalani karantina 14 hari yang dibiayai Pemerintah. Puluhan ribu orang telah dikarantina.
Jumlah laboratorium yang dapat menguji Covid-19 di Vietnam juga bertambah. Semula hanya ada tiga laboratorium pada Januari menjadi 112 pada April. Pada akhir April, Vietnam telah melakukan lebih dari 260.000 tes atau sebesar 2.691 tes per satu juta populasi.
Pada bulan Februari setelah beberapa kasus di Son Loi, utara Hanoi, lebih dari 10.000 orang yang tinggal di daerah sekitarnya ditutup. Hal yang sama akan terjadi pada 11.000 orang di komune Ha Loi dekat ibukota, dan kepada staf dan pasien rumah sakit.Tidak seorang pun akan diizinkan masuk atau keluar sampai dua minggu berlalu tanpa ada kasus yang dikonfirmasi.
"Awalnya terasa seolah-olah itu adalah strategi risiko yang cukup tinggi," kata Prof Guy Thwaites, direktur Unit Penelitian Klinis Universitas Oxford (OUCRU) di Kota Ho Chi Minh, yang bekerja dengan pemerintah dalam program penyakit menular dikutip dari BBC
"Tapi ternyata berjalan baik-baik saja, karena mereka dapat mengisolasi kasus-kasus gang ada ," katanya.
Komunikasi pemerintah tentang Corona gencar dilakukan sejak awal.
Pesan SMS reguler dikirim ke semua ponsel dari tahap paling awal memberi tahu orang-orang apa yang bisa mereka lakukan untuk melindungi diri mereka sendiri.
Memang ada keraguan tentang akurasi data. Tapi tim Prof Thwaites mengatakan pihaknya telah melakukan 20.000 tes, dan dia mengatakan hasil mereka cocok dengan data yang dibagikan pemerintah.
Prof Thwaites mengatakan Vietnam telah membuktikan bahwa pencegahan selalu lebih baik daripada penyembuhan dan selalu lebih murah.