JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)- Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bersama dengan Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo, melakukan rapat dengan Pemerintah Provinsi Kepri, Pemerintah Kota Batam, dan para pengusaha di Nongsa, Batam. Rapat membahas antara lain seputar pembangunan industri smelter bauksit di Bintan, Kepulauan Riau.
Rencananya industri itu akan mempekerjakan sekitar 20 ribu orang, dan sekitar 1.800 hingga 2.000 orang di antaranya adalah tenaga kerja asing, sedangkan yang lainnya adalah pekerja Indonesia. Pekerja asing didatangkan dari China dan Taipei. Saat ini yang sudah mulai bekerja sebanyak 500 orang, dan jumlahnya masih akan berputar dan bertambah.
"Dengan tenaga asing sebanyak 1.800 pekerja atau 10 persen dari tenaga kerja lokal nantinya," kata Luhut di Nongsa Poin Marina (NPM), Batam, Kamis (2/7/2020).
"Kami dari Bintan sudah melihat industri pengolahan bauksit menjadi alumina, ini proyek yang menurut saya sangat penting, karena kita akan mendapatkan produk hilirnya, apa yang kita dapat nanti bisa sampai kepada badan pesawat terbang, baju, bikin bungkusan dari aluminium, turunannya sangat banyak sampai kepada alat elektronik," imbuhnya.
Diungkapkan, Pemprov Kepri mulai melatih tenaga lokal dan membuat politeknik, didukung juga dengan aktivitas transfer teknologi dari tenaga ahli tersebut. Proyek ini sempat tertunda selama tiga bulan karena Covid-19.
Luhut berharap industri pengolahan bauksit menjadi alumina di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau bisa mulai beroperasi pada awal 2021. Ia menyatakan semestinya produksi semestinya sudah dimulai akhir tahun ini, namun karena pandemi Covid-19, maka tertunda.
Luhut Panjaitan mengatakan keberadaan TKA asal Tiongkok yang saat ini bekerja bukan hanya di KEK Galang Batang saja, di Morowali juga ada. Keberadaan mereka melakukan pekerjaan yang sifatnya belum bisa dikerjakan tenaga lokal.
Selain meninjau pembangunan smelter, Luhut Panjaitan juga melihat waduk Galang Batang, pembangunan tenaga listrik 2.850 megawatt dan fasilitas pendukung lainnya.
Di tempat yang sama Gubernur Kepri Isdianto menyatakan pengolahan alumina membutuhkan banyak tenaga kerja.Meski perusahaan juga mempekerjakan TKA, namun ada transfer teknologi yang dilakukan.
Direktur Utama PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) yang juga selaku Badan Usaha Pembangun dan Pengelola (BUPP) KEK Galang Batang, Santoni menyatakan progres pembangunan smelter yang sudah mencapai 62 persen. Akhir tahun 2020 diharapkan akan terealisasi progres pembangunan smelter yang bisa mengolah 1 juta ton bijih bauksit.
Ditempat yang sama, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengatakan, Indonesia memiliki bauksit nomor dua terbesar di dunia dengan kualitas nomor satu di Bintan.
"Kita bisa produksi alumina dari bauksit yang selama ini kita ekspor alumina, seperti Inalum itu hanya menghasilkan listrik yang murah tapi bahan baku pembuat aluminiumnya yakni alumina, itu diimpor seluruh negara, padahal Indonesia penghasil bauksit. Bauksit diproses menghasilkan alumina," ungkap Edhy.
Disisi lain, Edhy menambahkan, pembahasan pemerintah pusat dan Pemda di Batam juga membahas soal pariwisata, pembenahan pipa bawah laut, dan industri perikanan tangkap.