Berita
Oleh Alfin Pulungan pada hari Minggu, 04 Okt 2020 - 10:20:53 WIB
Bagikan Berita ini :

DPR: Ekspor Alkes Indonesia Didominasi Alat Sekali Pakai dan Berteknologi Tinggi

tscom_news_photo_1601781491.jpeg
Ketua Komisi IX DPR RI, Felly Estelita Runtuwene (Sumber foto : dpr.go.id)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) -- Ketua Komisi Kesehatan (Komisi IX) DPR RI Felly Estelita Runtuwene mengungkapkan ekspor alat kesehatan Indonesia didominasi oleh alat kesehatan yang bersifat sekali pakai. Hal itu, menurutnya, bisa dilihat pada tahun 2015 lalu yang nilai pembeliannya mencapai mencapai 676 juta dollar AS atau setara dengan Rp 9 triliun.

Sementara impor pada tahun 2015 mencapai 1,28 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 17, 2 triliun.

Terlepas dari penurunan pertumbuhan ekspor dan impor, kata Felly, untuk tahun 2015 rata-rata pertumbuhan ekspor alat kesehatan Indonesia tahun 2011 sampai dengan 2015 masih mencapai 11,5 persen pertahun, sementara rata-rata pertumbuhan permintaan impor mencapai 20 persen pertahunnya.

"Berdasarkan data perdagangan luar negeri Indonesia tahun 2015, ekspor alat kesehatan Indonesia didominasi oleh alat kesehatan yang bersifat disposable atau sekali pakai. Sarung tangan medis berkontribusi sebesar 36,3 persen dari total ekspor alat kesehatan Indonesia,” kata Felly saat memimpin Tim Kunjungan Kerja Panja Tata Kelola Alat Kesehatan Komisi IX DPR RI di Provinsi Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

Politikus Partai Nasdem ini menerangkan, adapun produk yang menyumbang porsi ekspor terbesar lainnya adalah produk lensa kontak dan sejenisnya yang berkontribusi sebesar 13,4 persen serta pembalut dan sejenisnya sebanyak 13 persen dari total ekspor alat kesehatan.

Menurutnya, kondisi impor alat kesehatan Indonesia saat ini masih didominasi oleh produk alat kesehatan berbasis teknologi tinggi. Pada tahun 2015 impor alat kesehatan Indonesia didominasi oleh alat operasional digital dan portable mencapai 16,5 persen dari total impor alat kesehatan Indonesia.

Kontribusi lainnya berasal dari produk alat kesehatan lain non-elektronik (7,2 persen), disposable sanitary towel (6,9 persen), peralatan kesehatan elektronik (5,7 persen), serta reagen dan preparat untuk laboratorium (5,3 persen).

Berdasarkan data tersebut, Felly melanjutkan, dapat terlihat bahwa potensi ekspor Indonesia berada pada produksi alat kesehatan dengan teknologi rendah. Pada produk-produk ini produsen Indonesia dipercaya masih dapat bersaing secara kompetitif. Sementara untuk impor potensi pasar Indonesia meliputi produk-produk dengan teknologi tinggi.

"Rata-rata pertumbuhan ekspor alat kesehatan Indonesia mencapai 7,7 persen sementara pertumbuhan impor untuk alat kesehatan mencapai 12,7 persen," kata legislator dari daerah pemilihan Sulawesi Utara ini.

tag: #alat-kesehatan  #komisi-ix  #felly-estelita-rantuwene  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
DREAL PROPERTY
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement