JAKARTA (TEROPONGSENAYAN)-Taliban, penguasa baru di Afghanistan kini tampil dengan gaya baru yang lebih toleran. Mereka tidak akan mewajibkan burqa penuh bagi perempuan, seperti yang mereka lakukan saat terakhir memerintah Afghanistan.
Seperti dilansir Straits Times, Selasa (17/8/2021), di bawah aturan garis keras militan 1996-2001, sekolah-sekolah perempuan ditutup, perempuan dilarang bepergian dan bekerja, dan wajib mengenakan burqa yang menutupi semua di depan umum.
"Burqa bukanlah satu-satunya hijab (penutup kepala) yang (dapat) digunakan, karena ada berbagai jenis hijab yang tidak terbatas pada burqa," kata Suhail Shaheen, juru bicara kantor politik kelompok tersebut di Doha, kepada Sky News Inggris.
Jubir Taliban, Zabihullah Mujahid menerangkan, terdapat perbedaan besar antara Taliban yang digulingkan AS pada 2001 dengan sikap mereka setelah kembali berkuasa.
"Jika pertanyaan ini berdasarkan ideologi dan kepercayaan, tidak ada yang berubah," jelas Mujahid dilansir AFP, Selasa (17/8/2021).
"Tetapi, jika kami merujuk pada pengalaman, kematangan, dan persepsi, tidak diragukan lagi banyak perbedaannya," lanjutnya.
Mereka berjanji akan menghormati hak perempuan menurut syariah.
"Mereka akan bekerja bahu-membahu dengan kami. Kepada komunitas internasional, kami menjamin tidak akan ada diskriminasi," paparnya.
Mujahid mengatakan, wanita berhak mendapat pendidikan hingga jenjang universitas, yang sempat dilarang pada periode 1996-2001.
Sikap Amerika
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Senin (16/8/2021) memperingatkan Taliban agar tak mengganggu upaya evakuasi AS dari Afghanistan. Biden mengancam akan mengerahkan ‘kekuatan yang menghancurkan bila diperlukan’.
Melansir Associated Press, Biden melontarkan ancaman itu dalam pidato dari Gedung Putih terkait perkembangan situasi di Afghanistan yang tiba-tiba berubah menjadi kacau, menyusul penarikan pasukan AS dari negara itu.
“Saat kami melakukan evakuasi ini, kami telah menjelaskan kepada Taliban, jika mereka menyerang personel kami atau mengganggu operasi kami, respon AS akan cepat dan kuat,” kata Biden. “Kami akan membela rakyat kami dengan kekuatan menghancurkan jika perlu.”