Opini
Oleh Jacob Ereste pada hari Kamis, 18 Jul 2024 - 15:57:49 WIB
Bagikan Berita ini :

Kelanggengan Yang Harmoni Dari Komitmen dan Kesetiaan Yang Dipelihara Bersama

tscom_news_photo_1721293069.jpg
Ilustrasi (Sumber foto : Istimewa)

JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) --Komitmen adalah sikap yang teguh mematuhi janji yang tertulis maupun yang tidak tertulis terhadap orang lainaupun kepada diri sendiri. Begitu juga kesetiaan, seperti sisi lain dari uang logam yang sama, namun lebih menekankan pada ikatan batin yang tidak kasat mata, tapi implenentasinya harus diujudkan secara jujur dan ikhlas tanpa tekanan maupun keterpaksaan.

Karena itu semua bentuk komitmen dan kesetiaan itu yang otentik akan menjadi bagian dari jati diri yang menentukan watak hingga perangai yang bersangkutan, dalamtatanan keindagan yang harmoni sebagai suatu kepribadian yang betakhlak muliaan.

Setiap orang dalam upaya membangun relasi dengan pihak lain, mulai dari hubungan personal, kolegial hingga kelembagaan sifatnya sangat memerlukan komitmen dan kesetiaan. Baik yang bersifat pribadi, komunal, kelegial atau pun kelembagaan, organisasi dalam lingkuo keluarga, kekerabatan, di lingkungan kerja sampai pada tata kelola pergaulan sehari-hari yang sangat plural sifatnya dan corak ragamnya.

Jadi komitmen atau kesetiaan itu juga yang akan menjadi pegangan bagi semua pihak lain dalam menerima tampilan satu dosok yang akan menjadi bagian dari berbagai aktivitas bersama sebagai dasar dari perilaku bagi siapa pun yang mengidolakan manggengan dalam menata kehidupan sehari-hari dalam berbagai aktivitas.

Kendati untuk sebagian orang, komitnen dan kedetiaan itu acap dianggap terlalu romantis untuk dipelihara sebagai bsgian dari jati diri untuk kepribadian yang unik dan khas. Sikap yang rapuh dan labil dalam kemitmen dan kesetiaan ini pun bisa dominan mewarnai kaum intekektual yang yang terlanjur memiliki pamrih dan hasrat besar terhadap harta dan kekuasaan, sehingga muncul sifat dan sikap hipokrit, penjilat, penghambaan diri atau bahkan sikap khianat, kendati dia sendiri cukup paham bahwa pilihan sikap yang bertentangan dengan hati nuraninya itu mendapat perlawanan yang cukup keras.

Karens itu untuk meredakan birahi duniawi ini, perlu kembali merinci pemahaman dan penghayatan terhadap etika, moral dan akhkak. Bahka kemuliaan manusia itu -- sebagai khalifah wakil Tuhan di bumi -- patut direnungkan. Setidaknya agar tidak semakin jauh tersesat.

Tidam adanya komitmen dan nilai-nilai kesetiaan yang dominan berada diluar kendali kecerdassn intelektual -- karena memang dominan berada dalam wilayah spiritual, maka kesadaran dan pemahman mrnjadi sangat penting untuk dijadikan sumber rujukan agar sikap egoistis yang ingin menang atau untung sendiri dan enak sendiri dapat dijknakkan, hingga tidak sampai merugikan orang lain. Sialnya memang komitmen dan sikap kesetiaan yang kita pegang teguh acap tidak diapresiasi dengan patut dari pihak lain. Utamanys dari pihak yang sangat kita harap punyai komitmen dan kesetiaan yang setara dengan sikap kita.

Akibatnya pun, bukan sekedar menfmgecewakan saja, tapi yang tidak kalah bahayanya respon negatif serupa itu bisa nenular, atau mengkontaminasiketeguhan sikap kita yang rentan dari kerapuhan. Seperti contoh yang telah banyak terjadi, seorang kawan yang kita kenal sangat idealis, ketika masum dalam sistem pemetintahan yang bobrok, dia pun ikut melakukan perilaku yang tercela seperti yang umumnya sudah biasa dikakukan oleh mereka yang brengsek itu. Dilemanya memang -- untuk berkukuh dengan sikap pribadi yang otentik -- harus menghadapi resiko tersisih atau disisihkan dari kelompok yang sudah berpegang pada pekem yang sama -- untuk berbuat culas, melakukan korupsi dan sejenisnya tanpa merasa berdosa.

Jadi usaha dan upaya untuk mengedepankan kokitmen dan kesetiaan itu hanya mungkin dapat berjalan mulus bila bisa menjadi sikap bersama, meski tidak harus sslalu persis dan utuh seperti yang diidealkan semula.

Sebab hanya dengan komitmen dan kesetiaan itu garansi dari kelanggengan kebersamaan atau kerja bareng untuk mencapai sesuatu yang bermanfaat bagi orang banyak tidak sampai merugikan pihak lain. Sebab dari kesepakatan yang tertulis maupun kesepakatan yang tidak tertulis dalam bentuk konvensi misalnya, kelanggengan dan keharmonisan bisa dinikmati bersama.

Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.

tag: #  
Bagikan Berita ini :
Advertisement
Leap Telkom Digital
advertisement
BANK DKI JACKONE
advertisement
We Stand For Palestinian
advertisement
HUT RI 79 - SOKSI
advertisement
HUT RI 79 - ADIES KADIR
advertisement
DD MEMULIAKAN ANAK YATIM
advertisement
Opini Lainnya
Opini

Ketua MA yang Baru Harus Jadikan MA Sebagai Benteng Terakhir Peradilan yang Bisa Dipercaya

Oleh Didi Irawadi Syamsuddin Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat (2019-2024)
pada hari Kamis, 17 Okt 2024
Ketua Mahkamah Agung yang baru harus bisa memulihkan kembali kepercayaan publik bahwa MA benar-benar menjadi benteng terakhir peradilan yang adil & bisa dipercaya.  Meyakinkan publik, ...
Opini

Viva Yoga, Dokter Hewan Andalan Kabinet Prabowo Tangani Transmigrasi

Viva Yoga Mauladi akan segera menapaki jenjang karir dipiramida atas aktivis-politisi yakni anggota Kabinet Presiden Prabowo. Tepatnya menjadi Wakil Menteri Transmigrasi. Viva, politisi PAN ini, ...