Pengunduran Airlangga Hartarto (AH) sebagai Ketua Umum Golkar bisa berimplikasi luas terhadap dinamika politik. Bukan hanya nasional, namun juga dinamika politik lokal atau daerah. Sebab, pelaksanaan Pilkada serentak tinggal sekitar dua setengah bulan lagi.
Saat ini, semua partai politik yang akan bertarung dalam kontestasi Pilkada 2024 sedang dalam proses akhir membangun koalisi untuk menentukan pasangan calon yang diusung dan dijagokan dalam Pilkada. Tak terkecuali juga Golkar sebagai pemenang nomor dua dalam Pemilu 2024.
Bahkan DPP Partai Golkar yang dikomandoi AH sudah menetapkan pasangan calon Pilkada 2024. Terutama pada daerah yang dianggap strategis. AH dan jajaran petinggi Golkar optimistis memenangkan sebagian besar Pilkada 2024 dengan mempertimbangkan modal kekuatan perolehan 23.208.654 suara atau 15,3 persen suara sah.
Namun tiba-tiba AH mundur dan meletakan jabatan sebagai Ketua Umum Golkar. Padahal otoritas dan tanda tangan Ketua Umum dalam pencalonan Pilkada sangat penting dan strategis sebagai syarat pendaftaran calon dalam Pilkada ke KPU daerah pada 27 sampai 29 Agustus 2024 mendatang.
Apa implikasi langkah AH mundur sebagai Ketua Umum Golkar? Bagaimana kelanjutan dan nasib pasangan calon Pilkada yang telah disetujui AH dan DPP Golkar?
Bisa diprediksikan Prahara Airlangga tersebut akan memunculkan ketidakpastian yang berujung dinamika politik dalam pencalonan Pilkada. Kasak-kusuk, saling menyalip ditikungan dan aneka ragam strategi untuk bisa diusung Golkar akan memanas seiring pendaftaran pasangan calon Pilkada yang tinggal menunggu beberapa hari lagi.
Apalagi muncul informasi Golkar akan menggelar Munaslub pada kisaran 20-25 Agustus 2024 atau dua hari menjelang pembukaan pendaftaran pasangan calon Pilkada serentak. Ini memunculkan pesan bahwa Ketua Umum Golkar terpilih pada Munaslub nanti paling otoritatif menandatangani SK DPP Golkar mengusung dan menetapkan pasangan calon Pilkada.
Jika tidak terkelola dengan proporsional, baik dan tepat maka guncangan Pilkada serentak bisa membelokan sasaran dan target untuk mendapatkan tokoh pemimpin lokal berkualitas yang diharapkan nantinya bertransformasi ke panggung nasional. Akankah Prahara Airlangga wujud berpolitik yang menghalalkan segala cara?(*)
Disclaimer : Rubrik Opini adalah media masyarakat dalam menyampaikan tulisannya. Setiap Opini di kanal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penulis dan teropongsenayan.com terbebas dari segala macam bentuk tuntutan. Jika ada pihak yang berkeberatan atau merasa dirugikan dengan tulisan ini maka sesuai dengan undang-undang pers bahwa pihak tersebut dapat memberikan hak jawabnya kepada penulis Opini. Redaksi teropongsenayan.com akan menayangkan tulisan tersebut secara berimbang sebagai bagian dari hak jawab.
tag: #