JAKARTA (TEROPONGSENAYAN) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pidato pengantar nota keuangan di hadapan anggota DPR pada pembukaan Sidang Paripurna, Jumat (14/8/2015) menyatakan bahwa asumsi makro nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat sebesar Rp 13.400.
Anggota Komisi XI DPR Andreas Eddy Susetyo menilai, asumsi makro nilai tukar rupiah Rp 13.000-13.400 merupakan langkah berani pemerintah. Namun tak cukup hanya target, pemerintah juga harus menunjukkan sikap serius guna mempertahankan nilai tukar rupiah untuk mengembalikan kepercayaan.
Andreas mengungkapkan, harus diakui bahwa sentiman pasar terhadap nilai tukar rupiah saat ini telanjur negatif.
Baca juga :Golkar Kubu Agung Laksono Dukung Pemerintah Berhutang
"Upaya menjaga nilai tukar rupiah harus diakui bukan hal yang mudah karena saat ini ada indikasi kuat telah terjadi perang mata uang (currency war) antara yuan Tiongkok dan dollar Amerika Serikat," kata politisi PDI Perjuangan itu kepada TeropongSenayan, Selasa (18/8/2015).
Sebagaimana diketahui Tiongkok sudah mendevaluasi mata uangnya terhadap dollar yang memengaruhi nilai tukar internasional. Posisi Indonesia yang memiliki kaitan bilateral baik dengan Tiongkok maupun Amerika Serikat mengakibatkan nilai tukar terombang-ambing dalam ketidakpastian.
"Jika pemerintah tidak tegas mengambi sikap, nilai tukar rupiah akan selalu berada di posisi tidak pasti dan efeknya pelaku bisnis juga mengalami situasi yang tidak kondusif," tandas Andreas.(yn)